jpnn.com, JAKARTA - Berbicara Pendidikan seolah tidak ada habisnya dibangsa ini. Fenomena pergantian kurikulum yang kerap kali datang setiap pergantian Menteri Pendidikan sudah tidak heran lagi terjadi, seperti mencari format yang “pas” untuk Pendidikan Indonesia.
Padahal permasalahan Pendidikan bukannya pada kurikulum tapi juga terletak pada Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini adalah guru, infrastruktur sekolah dan metode pengajaran.
BACA JUGA: Tingkatkan Pembelajaran Bahasa Asing, LingoTalk Mengandeng Sekolah
Terlihat pada saat pembelajaran diselenggarakan secara online pada masa pandemi covid 19, banyak penelitian yang menghasilkan bahwa adanya keterkaitan antara metode pengajaran guru terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.
Artinya bahwa harus ada perhatian khusus terhadap mekanisme pengajaran guru (softskill).
BACA JUGA: SKB 4 Menteri Terbaru: Durasi PTM Minimal 6 Jam Pembelajaran
Flipped Classroom sebuah metode pengajaran yang dibuat oleh Jon Bergmann dan Aaron Sams menurut saya sangat menarik untuk menjadi salah satu referensi dalam gaya pembelajaran inovatif.
Kenapa? Sebab, gaya pembelajaran ini mampu mendorong kemampuan siswa dalam belajar dengan mengetahui apa yang diinginkan siswa.
BACA JUGA: Nadiem Sebut Kurikulum Merdeka Hanya sebagai Opsi Pembelajaran
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Mulawarman berjudul “Classroom Guidance Strategy with Flipped Method in Guidance and Counseling Services at Indonesia Schools in the Digital Era”.
Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa model flipped classroom mampu menciptakan pembelajaran aktif dikelas dan mendukung suasana belajar yang hidup serta menjadikan siswa tertarik untuk belajar.
Sehingga, melalui tulisan ini saya sharing metode pengajaran ini sebagai pengingat para pengajar baik guru atau dosen bahwa ketepatan model pengajaran adalah kunci utama dalam keberhasilan pengajaran.
Apapun kurikulum yang diterapkan oleh Pemerintah jika kemampuan mengajar dalam arti ketepatan penggunaan metode adalah hal utama.
Pergeseran era tentunya mempengaruhi dunia Pendidikan, era 4.0 yang saat ini berjalan beriring dengan canggihnya teknologi yang berkembang.
Flipped Classroom merupakan metode yang sesuai dengan era 4.0, sebab implementasi dari metode pengajaran ini adalah penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran, di mana guru menyiapkan bahan ajar dalam bentuk video yang menjelaskan topik pembelajaran lalu dibagikan kepada siswa sebelum pembelajaran dimulai, sehingga siswa sudah menyimak materi yang akan dibahas dikelas dan akhirnya kelas menjadi hidup karena berisi diskusi hangat bukan hanya menjadi ruang untuk mendengarkan guru.
Selain itu, flipped Classroom ini juga menjadikan siswa mampu mengembangkan imajinasi mereka dalam memahami materi melalui visualisasi materi.
Perbedaan Flipped Classroom dengan metode Tradisional terletak dibeberapa hal; pertama dalam kesiapan belajar, siswa yang belajar dengan Flipped Classroom akan lebih siap belajar dikelas karena sudah mendapatkan materi yang akan diajarkan dikelas sebelum kelas mulai sehingga siswa akan aktif dikelas dengan guru dalam taya jawab dan analisa materi.
Sedangkan Model Tradisional siswa belum siap untuk belajar, sebab materi yang akan disampaikan guru akan diterima oleh siswa pada saat kelas mulai.
Kedua, metode Flipped Classroom membentuk siswa siap belajar, karena materi sudah mereka terima sehari sebelum kelas dimulai, sedangkan Model Tradisional siswa belum memiliki kesiapan dalam belajar.
Dan ketiga, siswa Flipped Classroom dalam belajar, lebih pada pengembangan materi yang disampaikan oleh guru karena materi yang diterima oleh guru akan dibahas secara detail dikelas dan ada kemandirian dan dorongan kebebasan berpendapat.
Sedangkan siswa Model Tradisional akan mendapatkan tugas dari guru diakhir pelajaran kelas yang harus mereka kerjakan dirumah.
Melihat perbedaan yang sangat mendasar antara Flipped Classroom dan Model Tradisional, bahwa Flipped Classroom sangatlah tepat diterapkan pada era pelajaran sekarang ini (4.0).
Selain ada integrasi teknologi dalam media belajar juga sangat cocok untuk diterapkan pada masa transisi pandemic covid 19 menuju normal. Sebab, siswa bisa belajar dirumah dan guru tetap mengajar sesuai Rencana Pembelajaran yang disiapkan termasuk materi yang harus disampaikan pada siswa.
Secara teknis, Flipped Classroom sangatlah mudah dan murah diterapkan karena guru bisa memanfaatkan youtube dalam pembuatan video dan siswa bisa mengakses materi dimana saja dengan bantuan handphone yang mereka miliki.
Akhirnya, apapun kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah untuk membangun dunia Pendidikan bangsa Indonesia tidak akan menjadi hambatan bagi guru karena kemampuan metode pengajaran yang tepat untuk siswa milenial saat ini. (***)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif