Folk Art Festival, Tampilkan Tarian Rakyat Korsel dan Amerika

Kamis, 18 Agustus 2016 – 23:03 WIB
TARIAN IDAHO: Sejumlah penari asal Idaho, Amerika Serikat, menarikan tarian khas daerahnya, dalam Folk Art Festival di Ciputra World Surabaya, Rabu (17/8). Acara tersebut juga dimeriahkan tari tentang cerita rakyat Korea Selatan. Foto Andy Satria/Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com - JPNN.com SURABAYA – Dentuman musik oriental terdengar jelas di Atrium Ciputra World Surabaya (CWS), Rabu (17/8).

Sejurus kemudian, beberapa penari muncul. Mereka mengenakan baju adat khas Korea, hanbok dengan wajah tertutup topeng.

BACA JUGA: Lima Makanan ini Bisa Memperburuk Rasa Nyeri Saat Datang Bulan

Mereka bukan sedang menari topeng. Sesuai baju yang dikenakan, mereka berasal dari Korea Selatan. 

Para penari itu membawakan tarian bertajuk Yang Ju Byul Dae dan Kimhei Kyung. 

BACA JUGA: Horas, Jangan Lewatkan Andaliman saat Karnaval Pesona Danau Toba

Tarian ini merupakan cerita rakyat Korea Selatan pada 300 tahun silam. Dimana sang ibu yang jatuh miskin rela menjual anaknya kepada ke orang kaya.

“Tarian ini sangat populer di Korea Selatan hingga saat ini,” ujar Kasi Seni dan Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, Heri Purwadi, seperti yang dilansir Radar Surabaya (Jawa pos Group), Kamis (18/8). 

BACA JUGA: Cimpa, Kuliner HUT Kemerdekaan Indonesia Khas Karo

Baju hanbok yang dikenakan terkesan lebar. Tak ketat seperti baju tari biasa. Meski demikian, gerakan penari tampak gemulai.

Aksi teatrikal Korea Selatan tersebut langsung disambung dengan munculnya seniman Idaho.

Seniman asal Amerika Serikat ini didominasi anak muda. Mereka berwajah ceria.

Para laki-laki tampil macho dengan busana koboi. Sedangkan wanita tampak anggun dengan dress yang mengembang pada bagian bawahnya.

Ada empat tarian yang disajikan seniman Idaho, yakni, Cowboy, Hilldown, Down by The Riverside, dan Grandmas Feather Bed.

“Semuanya menggambarkan tari rakyat khas daerah setempat,” lanjut Heri Purwadi.

Seni yang masuk ke dalam pusat perbelanjaan tersebut diapresiasi oleh Promotion Coordinator CWS, Stephana Fevriera.

Ia menyebut kebudayaan memang harus sering masuk ke mal agar warga tak melupakan  budaya yang ada.

“Ke depan, semoga budaya Indonesia bisa masuk dan menghibur pengunjung pusat perbelanjaan,” pungkasnya. (gus/nur)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kenali 7 Tanda Tubuh Anda Tidak Sehat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler