Forum Jalur Sutra: Ini Janji Tiongkok kepada Para Pengutang

Jumat, 26 April 2019 – 15:20 WIB
Belt and Road Forum for International Cooperation. Foto: Reuters

jpnn.com, BEIJING - Karpet merah digelar di depan Balai Agung Rakyat untuk menyambut para tamu istimewa. Hanya berselang jam, bendera yang bersanding dengan panji lima bintang kebanggaan Tiongkok berubah. Dua hari terakhir ini, Presiden Xi Jinping sibuk menyambut puluhan kepala negara.

Kemarin malam, Kamis (25/4), Xi dijadwalkan menjadi tuan rumah makan malam seluruh undangan Belt and Road Forum for International Cooperation.

BACA JUGA: Simpang Obor

Dia ingin menjamu 37 kepala negara yang bersedia hadir dalam forum kedua dari proyek ambisius Xi tersebut. Mereka bakal jadi tamu penting di antara 5 ribu utusan dari 150 negara.

Angka 37 disebut simbol pertumbuhan dari proyek Belt and Road Initiative (BRI). Sebab, jumlah kepala negara yang hadir saat forum pertama digelar pada 2017 lalu masih di angka 29. Namun, beberapa kepala negara yang hadir dua tahun silam memilih absen tahun ini.

BACA JUGA: AS Tak Kirim Utusan ke Forum Jalur Sutera

"Sepertinya ada suatu kesalahpahaman yang terjadi dari rumor-rumor tanpa bukti," ujar Huang Kunming, anggota Politbiro Partai Komunis Tiongkok, dalam pembukaan forum kemarin (25/4) sebagaimana dilansir Agence France-Presse.

BACA JUGA: Ini Penyebab Malaysia Tak Bisa Lepas dari Jerat Utang Tiongkok

BACA JUGA: Ini Penyebab Malaysia Tak Bisa Lepas dari Jerat Utang Tiongkok

Turki tak lagi datang setelah berselisih dengan Tiongkok soal kaum Uighur di Provinsi Xinjiang. Kemudian, Polandia, Spanyol, Fiji, Sri Lanka, dan Argentina juga menolak hadir. Alasan utamanya adalah kekhawatiran terkait isu pinjaman proyek.

Rumor bahwa Tiongkok menjelma menjadi lintah darat kelas dunia itu santer terdengar setahun belakangan. Sri Lanka, negara yang dikabarkan tak memenuhi undangan, menjadi contoh paling nyata. Mereka harus menyerahkan dua pertiga dari pulau artifisial mereka untuk dikelola Tiongkok selama 99 tahun. Pelabuhan Hambantota yang dibangun di atas pulau tersebut seharusnya menjadi proyek harapan ekonomi dari negara Asia Selatan itu.

AS terus mendorong agar negara-negara lain ikut meninggalkan megaproyek tersebut. Selama enam tahun terakhir, Xi telah menandatangani 170 perjanjian dengan 125 negara. Salah satu perjanjian paling mentereng adalah nota kesepahaman dengan Italia bulan lalu.

Tiongkok pun sadar tentang tudingan itu. Menurut South China Morning Post, mereka akan menanggapi masalah tersebut selama forum berlangsung. Deklarasi bersama yang dibacakan pada akhir forum akan menyebutkan transparansi, keberlanjutan, dan pengendalian risiko utang. Sesuatu yang tak disebutkan pada forum pertama. (bil/c17/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kembali ke OBOR


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler