Forum Negara-negara Pasifik (PIF) mengalami krisis perpecahan setelah sejumlah negara mikronesia mengancam mundur. Australia memainkan peran diplomatik untuk mengatasinya.
Beberapa pemimpin negara Kepulauan Pasifik akan bertemu hari Selasa (7/06) di Suva, ibukota Fiji, untuk membahas masa depan Pacific Islands Forum (PIF).
BACA JUGA: Australia Buka Pintu Seluas-luasnya bagi TKI, Ini Bidang yang Dibutuhkan
Pemerintah Australia telah memainkan peran penting dalam memfasilitasi pertemuan ini, termasuk menerbangkan tiga pemimpin negara mikronesia ke Suva.
PIF berada di ambang perpecahan sejak Sekretaris Jenderal saat ini, Henry Puna, memenangkan persaingan sengit untuk menduduki jabatan tersebut awal tahun lalu.
BACA JUGA: PM Anthony Albanese Berusaha Perkuat Hubungan Bilateral dalam Kunjungan Pertama ke Indonesia
PM Fiji Frank Bainimarama merupakan ketua PIF, namun posisi Sekjen yang diperebutkan telah memicu timbulkan perpecahan.
Negara-negara mikronesia menuduh anggota PIF lainnya mengabaikan kesepakatan bersama tentang posisi kepemimpinan dan memulai proses penarikan diri dari organisasi ini.
BACA JUGA: Beijing Kembali Dibuka, Antrean Panjang di Mana-Mana
Mereka sempat menangguhkan pengunduran diri itu pada Februari lalu, dengan alasan bahwa PIF telah berjanji untuk melakukan "reformasi substantif" pada struktur pengurus.
Sekjen PIF Henry Puna yang juga mantan Perdana Menteri Kepulauan Cook telah mengisyaratkan bahwa dia bersedia mundur demi keutuhan organisasi.
Namun, hal itu justru memicu tuduhan baru dari pemimpin negara-negara polinesia, karena mereka belum berkonsultasi tentang pengunduran diri Henry Puna sebagai Sekjen PIF.
Perkembangan berikutnya terjadi pada bulan Maret lalu, ketika Presiden Kepulauan Marshall, David Kabua, menyerukan rekonsiliasi dan mendesak sesama pemimpin mikronesia untuk berkompromi.
Hari Selasa (7/06) ini, tiga pemimpin negara mikronesia yang mengancam akan mundur dari PIF — Presiden Palau Samuel Whipps, Presiden Nauru Lionel Aingimea, dan Presiden Negara Federasi Mikronesia David Panuelo — akan bertemu PM Fiji Frank Bainimarama.
Informasi yang diperoleh ABC menyebutkan para pemimpin berharap untuk mencapai kesepakatan tentang kepemimpinan, reformasi organisasi, dan menjaga keutuhan PIF.
Beberapa pemimpin Pasifik lainnya termasuk PM Kepulauan Cook, Samoa, dan Papua Nugini juga akan menghadiri pertemuan tersebut.
PM Samoa Fiame Naomi Mata'afa dan PM Kepulauan Cook Mark Brown sudah berada di Suva untuk membuka misi diplomatik baru di ibu kota Fiji.
Menteri Urusan Pasifik Australia Pat Conroy membenarkan bahwa tiga pemimpin negara mikronesia telah diterbangkan ke Fiji dengan pesawat Royal Australian Air Force (RAAF).
"Kami berpandangan bahwa Pasifik yang bersatu adalah Pasifik yang lebih kuat. Forum Negara-negara Pasifik adalah tempat bagi keluarga Pasifik dengan segala kekuatan dan keragamannya, berkumpul untuk menyatakan suara yang bersatu," katanya Menteri Conroy.
"Dalam semangat itu, kami telah mendukung Fiji sebagai ketua forum dalam memimpin pembicaraan dengan para pemimpin mikronesia dan anggota lainnya, dengan tujuan menjaga keluarga kita tetap bersama," jelasnya. Ingin mempertahankan persatuan
Sumber ABC menyebutkan negara-negara mikronesia tetap akan mendorong reformasi substantif organisasi PIF, termasuk proses pemilihan Sekjen.
Namun, di sisi lain mereka ingin mempertahankan persatuan Pasifik jika memungkinkan, mengingat persaingan geopolitik yang semakin intensif di kawasan itu.
Tidak jelas apakah para pemimpin akan terus mendesak pengunduran diri Puna sebagai bagian dari kesepakatan apa pun.
Sumber ABC sebelumnya mengatakan bahwa Puna akan ditawari posisi alternatif bila dia mengundurkan diri sebagai Sekjen PIF.
Menteri Conroy tidak mau berspekulasi tentang hal ini, namun dia mengatakan Australia "terbuka untuk mendukung konsensus di antara semua anggota forum".
Menurut Dr George Carte, pakar geopolitik Pasifik dari Universitas Nasional Australia (ANU), para pemimpin Pasifik perlu bertemu dan membahas masa depan PIF.
Dia juga mengatakan kunjungan Menlu Australia Penny Wong ke PIF bulan lalu mengirimkan pesan tentang komitmen Australia pada organisasi regional itu.
"Hal itu menegaskan kembali bahwa Australia menghormati dan ingin memberi ruang bagi regionalisme itu," kata Dr Carter. Persaingan intensif di Pasifik
Persaingan semakin intensif untuk berebut pengaruh di kawasan Pasifik setelah tur maraton delapan negara oleh Menlu Tiongkok Wang Yi.
Namun Tiongkok gagal mencapai perjanjian regional dengan 10 negara Pasifik dalam kunjungan Menlu Wang, meski berhasil mendapatkan beberapa perjanjian bilateral.
Pakar Pasifik dari Griffith Asia Institute Tess Newton Cain mengatakan perselisihan soal kepemimpinan PIF merupakan tantangan tersendiri.
"Ini akan menjadi sukses bagi ketua PIF, Perdana Menteri Bainimarama, jika bisa tercapai kesepakatan, sehingga permasalahan ini selesai sebelum pertemuan lengkap para pemimpin PIF," katanya.
"Saya berharap peristiwa beberapa waktu lalu, terutama efek dari upaya Tiongkok mendapatkan kesepakatan multilateral, akan menjadi bahan pemikiran dan pertimbangan," ujarnya.
Sementara itu, menanggapi reaksi Australia atas kunjungannya ke Pasifik, Menlu Tiongkok Wang Yi menyatakan pihaknya tidak tertarik untuk memperluas pengaruhnya di kawasan itu.
"Tiongkok menghormati semua hubungan yang dibangun negara-negara kepulauan itu dengan negara lain. Kami menghormati hubungan tradisional mereka dengan Australia dan Selandia Baru," katanya.
Menlu Wang juga menyatakan Tiongkok dapat memperdalam kerjasama dengan Australia dan Selandia Baru di seluruh Pasifik, dengan "memanfaatkan kekuatan kita masing-masing dan membentuk sinergi yang lebih besar".
"Tiongkok akan terus bersikap terbuka dan melakukan lebih banyak kerjasama trilateral atau segiempat dengan Australia dan Selandia Baru di kawasan Pasifik Selatan, sesuai keinginan negara-negara Kepulauan Pasifik," katanya.
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemilik Bisnis di Kawasan Regional Australia Sangat Berharap Backpacker Segera Kembali