Bagi seseorang yang tidak menganggap dirinya jago memotret, Andrea Francolini cukup mengesankan.
Fotografer kelahiran Italia yang tinggal di Sydney ini baru saja merebut juara ketiga untuk tema anak-anak di ajang International Photography Awards (IPAs). Hasil karyanya adalah tiga foto yang ia ambil di Pakistan.
BACA JUGA: Australia Melaju ke Play-off Kualifikasi Piala Dunia
Object fotonya adalah seorang pelajar perempuan bernama Khizra, yang pertama kali ia temui di tahun 2013, setelah melakukan perjalanan melalui Pakistan Utara untuk yayasan My First School.
Masing-masing fotonya diambil saat Khizra dalam perjalanan, sehingga menjadi profil yang menarik soal dirinya yang kini menjadi juara kelas di desanya, Shitindas.
BACA JUGA: Pengungsi Manus Ditawari ke Nauru untuk Sementara
Serial foto dari Khirza asal Pakistan memenangkan penghargaan International Photography Awards 2017 untuk tema anak-anak.Andrea Francolini
Ia mengatakan meski selama bertahun-tahun mengenal anak-anak Pakistan cukup jahil, namun saat mereka duduk untuk dipoteret menampilkan sisi yang berbeda.
BACA JUGA: Pemerintah Australia Bayar Pelanggan Listrik yang Kurangi Pemakaian
"Luar biasa saat mulai memotretnya, mereka hanya duduk di depan Anda dan sangat serius," kata Andrea.
"Anda tidak bisa membuat mereka tersenyum."
Hampir mengingatkan pada potret ikonik karya Steve McCurry, yang dikenal dengan nama 'Afghan Girl', seri foto ini dibuat lebih unik karena Andrea hampir tidak memiliki kendali apa yang akan dilakukan anak-anak perempuan itu di depan kamera.
"Dengan kendala bahasa, Anda tidak bisa memberi tahu mereka apa yang harus lakukan atau tidak boleh lakukan," katanya.
IPA tidak asing lagi dengan karya Andrea, yang pernah memenangkan People Photographer of the Year Award di tahun 2015, untuk foto yang juga ia ambil di Pakistan utara saat berkunjung ke sekolah.
Ia pertama kali jatuh cinta pada Pakistan di tahun 2008, saat melakukan perjalanan ke sana untuk mengambil foto soal polo.
Dikelilingi oleh puncak gunung yang menjulang tinggi lebih dari 8 kilometer ke langit, keindahan di kawasan ini sangat banyak.
"Pertama kali datang di tahun 2008 saya sedikit khawatir, karena jelas Anda mendengarkan berita," kata Andrea.
"Ini adalah tempat yang indah, tidak cocok untuk semua orang tentu saja, karena ini adalah negara dunia ketiga, tapi indah sekali."Proyek My First School Sekolah di Pakistan utara memiliki sejumlah tantangan, seperti matinya aliran listrik.
Andrea Francolini
Mengunjungi Paksitan setahun kemudian untuk meliput soal perempuan bekerja di masyarakat Muslim, ia berbicara dengan seorang guru di Pakistan Utara. Ia menemukan ada banyak hal yang dapat ia lakukan untuk membantu mereka.
"Saya selalu memberikan sesuatu ke tempat tujuan. Saya mencoba melakukan sedikit, tak masalah besar atau kecil," kata Andrea.
"Saya pergi ke pasar lokal dan membeli apapun yang saya bisa [untuk disumbang ke sekolah]." Murid-murid di sekolah dasar Chalt Pain, Pakistan Utara
Andrea Francolini
Terinspirasi oleh kelahiran putrinya sendiri pada tahun 2010, Andrea ingin melakukan sesuatu yang lebih bertahan lama bagi para pelajar di Pakistan utara, terutama anak-anak perempuan yang sering dipaksa untuk meninggalkan sekolah mencapai usia tertentu.
"Masalahnya, di desa-desa kecil tempat saya bekerja, setelah kelas lima atau enam, anak-anak perempuan putus sekolah karena sekolahnya kecil dan mereka tidak dapat melanjutkannya," katanya.
"Untuk melanjutkan, mereka harus pergi ke desa yang lebih besar."
Di tahun 2011, proyek My First School lahir.
Tidak hanya menyediakan dana untuk pensil, buku, dan perabotan, proyek ini juga menyediakan beasiswa untuk para siswa.
Khizra adalah siswa pertama yang menerima beasiswa di tahun 2013, yang artinya ia akan mendapat biaya pendidikan penuh selama lima tahun.
"Harapannya ia sampai di kelas enam, kemudian jika ia ingin melanjutkan, kami bisa memperbolehkan ia lanjut dan menutup biayanya," katanya. Skip Vimeo Video
FireFox NVDA users - To access the following content, press 'M' to enter the iFrame. VIMEO: My First School Video Pentingnya pendidikan bagi anak perempuan
Andrea dan tim lokalnya terus melakukan komunikasi dengan para orang tua untuk membantu mereka memahami pentingnya pendidikan untuk meningkatkan taraf hidup bagi anak-anak, keluarga, dan desa.
Ia mengatakan sayangnya ada beberapa anak-anak perempuan yang dinikahkan saat usia 12 tahun.
"Itu tidak sering terjadi, tapi bisa saja terjadi. Dan kepada ayah Khizra, kami mengatakan, 'Dengar, kesepakatannya adalah Anda tidak menikahkannya saat dia berusia 12 atau 13 tahun, karena Anda harus membayar kembali uang kami untuk membayar sekolahnya.'
"Dia juara di kelasnya, dia harus melanjutkan."
Andrea berharap ayah Khizra akan memperbolehkannya melanjutkan sekolah, namun mengatakan bahwa masalah utamanya adalah perempuanlah yang bekerja di desa mereka, seperti di ladang. Karenanya, mereka perlu membantu mereka semuda mungkin."
"Dalam dunia yang sempurna, saya ingin melihat seorang anak pergi ke universitas," katanya.
"Itu akan menjadi mimpiku."
Pada tanggal 13 Oktober 2017, Andrea kembali ke Pakistan untuk melihat bagaimana perkembangan sekolahnya, dan untuk memberikan bantuan lebih lanjut.Kekuatan Memotret Skip Facebook
FireFox NVDA users - To access the following content, press 'M' to enter the iFrame. Skip Facebook Post
FireFox NVDA users - To access the following content, press 'M' to enter the iFrame. FACEBOOK: Betty
Menurut Andrea, membuat foto yang memiliki kekuatan adalah menjalin hubungan dengan subjek Anda dari awal sehingga mereka merasa nyaman.
"[Di Australia] saya selalu pergi dan minum kopi bersama orang-orang yang akan dipotret," kata Andrea.
"Saya minum kopi bersama mereka, tentu saja saya mengobrol, tapi saya melihat bagaimana mereka berbicara, bagaimana mereka tersenyum, untuk mencoba dan memahami tempat yang cocok."
Proyek pribadinya saat ini Eye 2 Eye, terinspirasi oleh potret pertamanya untuk Khizra.
"Suatu hari saya benar-benar bosan bekerja ... dan saya sedang menelepon seorang teman dan berkata 'teman, ayo kita makan siang, saya mengambil potret Anda,'" kata Francolini.
Hal-hal dimulai dari sana, dan selama 18 bulan terakhir ia telah keluar memotret puluhan orang, mulai dari orang tak dikenalnya hingga selebriti Australia yang terkenal.
Andrea mengatakan kadang-kadang, saat seseorang yang tidak terbiasa di depan kamera, mereka mungkin akan seperti patung.
"Beberapa orang bereaksi berlebihan dan Anda bisa melihatnya. Bahkan jika mereka tidak tersenyum, Anda bisa melihat bahwa mereka berusaha sangat keras," katanya.
Ia menambahkan hal yang paling penting untuk diingat, terlepas memotret di negara sendiri atau di luar negeri, adalah sebaiknya kita tidak mengarahkan kamera ke wajah seseorang lalu kemudian pergi.
"Pada tahun 2015, ketika saya kembali [ke Pakistan] saya selalu mencetak foto-fotonya untuk diberikan kepada anak-anak."
Baca ceritanya dalam bahasa Inggris disini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Selidiki Medsos Calon Karyawan, Perusahaan Dianggap Langgar Privasi