FPK: Perlu Komitmen Bersama Menjaga Persatuan Bangsa

Senin, 21 Mei 2018 – 01:25 WIB
Sekretaris Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Jakarta Barat sekaligus Ketua Panitia Buka Puasa Bersama FPK wilayah Jakarta Barat, Rachel Tuerah (ketiga kanan) di Jakarta, Minggu (20/5). Foto: Dok. FPK Jakbar

jpnn.com, JAKARTA - Untuk menjaga tetap tegaknya kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) maka diperlukan adanya komitmen bersama seluruh masyarakat dalam upaya untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Hal itu disampaikan Sekretaris Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Jakarta Barat sekaligus Ketua Panitia Buka Puasa Bersama FPK wilayah Jakarta Barat, Rachel Tuerah di Jakarta, Minggu (20/5).

BACA JUGA: TNI - Polri Motivator Perekat Persatuan dan Kesatuan

Dalam acara ini, hadir di antaranya Ketua FPK Jakarta Barat, Moh. Ihsan; Perwakilan Forum Pembauran Kebangsaan dari lima wilayah kota di Provinsi DKI Jakarta, FKUB dan FKDM Jakarta Barat.

Dalam kesempatan itu, Rachel panggilan untuk Rachel Tuerah, menjelaskan latar belakang pembentukan Forum Pembauran Kebangsaan. Menurut Rachel, pembentukan FPK pertama-tama berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan di Daerah.

BACA JUGA: Kerukunan Umat Beragama Perekat Persatuan Bangsa

Sekretaris FPK Jakarta Barat, Rachel Tuerah (kanan posisi berdiri) saat sambutan selaku Ketua Panitia Buka Puasa Bersama FPK wilayah Jakarta Barat

BACA JUGA: Refleksi Pancasila, FPK NTT Undang Presiden Jokowi

Peraturan ini, kata Rachel, diterbitkan dengan pertimbangan bahwa NKRI mempunyai ciri khas yaitu kebinnekaan ras, suku, budaya dan agama yang menghuni dan tersebar di berbagai wilayah nusantara dan bertekad untuk terus menjadi satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa Indonesia. Kebinnekaan sangat berpengaruh terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.

Rachel mengakui bahwa Indonesia masih menghadapi berbagai konflik yang bersifat vertikal maupun horisontal disebabkan oleh berbagai latar belakang permasalahan ras, suku, budaya, dan agama yang dapat mengancam integritas nasional.

Namun, Rachel melihat perbedaan dalam kebersamaan sebagai suatu yang indah dalam semangat Bhineka Tunggal Ika.

“Indahnya perbedaan dalam kebersamaan merupakan wujud nyata Bhineka Tunggal Ika, Harmony in Diversity,” kata Rachel.

Rachel yang juga mantan Pengurus Pusat PMKRI ini berharap Forum Pembauran Kebangsaan sebagai organisasi yang terdiri dari berbeda-beda suku dan etnis yang ada di Indonesia dapat terus bersinergi untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sementara itu, Ketua FPK Jakarta Barat, Moh. Ihsan mengatakan Jakarta sebagai ibu kota Negara sejak masa pra kemerdekaan menjadi pusat perdagangan, politik, pendidikan bahkan sebagai ajang pentas budaya nasional dan dunia.

Sebagai pusat pemerintahan dan politik, DKI Jakarta mempunyai tugas untuk menciptakan kondisi yang dapat membantu pemerintah dalam melaksanakan administrasi pemerintah pusat. Sebab Jakarta menjadi parameter bagi daerah lain untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dengan identitas Bhinneka Tunggal Ika.

“Karenanya, peran strategis DKI Jakarta adalah mendorong pembangunan dan pembauran semua segi kehidupan, menciptakan stabilitas dan pergaulan antarbangsa,” kata Moh Ihsan.

Sebagai pusat kebudayaan, menurut Ihsan, DKI Jakarta merupakan tempat berinteraksinya beragam bangsa dan semua etnis yang ada di 34 Provinsi dari seluruh Indonesia. Sejalan dengan itu pula, DKI Jakarta sebagai gerbang titik pertemuan berbagai pengaruh budaya dari daerah-daerah lain.

“Keterbukaan kota Jakarta secara positif dapat membawa masyarakat ke arah yang lebih dinamis dan terbuka terhadap pembauran, namun di sisi lain pengaruh negatif pun dapat saja muncul sebagai konsikuensi logis terhadap perkembangan tersebut,” katanya.

Menurutnya, situasi dan kondisi perkotaan cenderung melahirkan proses dehumanisasi. Budaya religious dan nilai-nilai sosial semakin tergeser, perilaku hidup masyarakat cenderung menjadi individualistik.

Menurut dia, berbagai persoalan pun muncul dan dapat diasumsikan berawal dari dinamika sosial antara kelompok-kelompok etnis yang saat ini menjadi bagian dari populasi penduduk Jakarta. Persoalan hubungan antar-etnis ini juga menjadi semacam persoalan lain baik dalam bentuk sosial-ekonomi, pola keberagaman dan religiusitas serta segi sosial-politik.

“Ketiganya terdapat dialektika yang saling mempengaruhi dengan menggeser segala bentuk nilai-nilai dan bila hal ini tidak dikelola dengan baik, maka keragaman dan pluralitas yang semula diasumsikan sebagai kekayaan masyarakat, justru akan menjadi sebuah persoalan yang pada gilirannya juga menjadi beban dan problem sendiri bagi pemerintah dan warga DKI Jakarta,” kata Ihsan.

Dari sudut pandang ini, Ihsan menilai peran, tugas dan fungsi Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) DKI Jakarta sangat strategis. Pasalnya, FPK dapat berperan dalam memelihara dan memperkuat harmoni lintas bangsa dan etnis warga Jakarta sebagai instrumen pemeliharaan kerukunan sekaligus inisiator, mediator dan pendukung perdamaian, keserasian dalam rangka mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Forum Pemuda NKRI Siapkan Pengganti Karnaval dan Panggung Kebangsaan


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler