FSGI Menilai Ada yang Bias pada Pidato Mendikbud Nadiem Makarim

Senin, 25 November 2019 – 08:40 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim berpidato berkaitan Hari Guru Nasional 2019. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo ikut mengomentari pidato Mendikbud Nadiem Makarim dalam rangka peringatan Hari Guru Nasional 2019.

Heru menilai, ada yang bias dalam pidato Mas Nadiem yang juga bos GoJek itu.

BACA JUGA: Pidato Nadiem Makarim tak Bahas Guru Honorer, Mubazir Bicara Kualitas Pendidikan

"Kami melihat pesan Pak Mendikbud dalam pidato Hari Guru Nasional (HGN) itu sifatnya bias dan paradoksal. Di satu sisi, pada halaman pertama poin satu hingga delapan, Pak Menteri memuji, melihat, dan mengakui guru terbelenggu. Sisi lain, pada halaman dua, Pak Menteri menginginkan perubahan dari guru," ujar dia di Jakarta, Minggu (24/11).

Menurut Heru, berharap perubahan dari guru saja tidak cukup, melainkan harus ada regulasi yang mengatur hal itu. Perubahan dari guru jika tidak didukung dengan payung hukum yang dikeluarkan Kemendikbud, maka tidak akan berjalan dengan baik.

BACA JUGA: Baca Pidato Nadiem Makarim, Cak Imin: Alfatihah

"Kami sebagai pengurus FSGI berharap Pak Menteri mengeluarkan regulasi dan perubahan untuk menuju perubahan itu. Sehingga perubahan itu bisa dari atas ke bawah dan bawah menuju ke atas," kata dia.

Dalam salinan pidato HGN yang sudah tersebar di media sosial, Mendikbud Nadiem Makarim mengajak guru melakukan perubahan di ruang kelas.

BACA JUGA: Guru Kesulitan Menjalankan Arahan Mendikbud Nadiem Makarim

Guru, Nadiem, selama ini terbelengu dengan aturan administrasi sehingga sulit mengenali potensi siswa yang berbeda-beda.

"Tugas kementerian menyinkronkan pemerintah daerah dan pusat, karena bagaimana pun guru patuh pada atasan mereka, yang mana adalah kepala daerah," kata Heru.

Heru mengakui bahwa selama ini memang tugas administrasi cukup menyita waktu mereka.

Contohnya, kata dia, dalam pembuatan perencanaan pembelajaran beserta evaluasi, yang berkasnya cukup tebal.

"Waktu guru tersita, sehingga sulit mengenali potensi anak didiknya," kata dia. (antara/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler