jpnn.com - JOHANNESBURG - Parlemen Afrika Selatan menggelar debat dan voting untuk menentukan nasib Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma. Ini menyusul kian kuatnya desakan mundur tokoh kelahiran 12 April 1942 itu.
Namun, tampaknya bakal sulit menggulingkan Zuma. Partai Kongres Nasional Afrika (ANC) yang dipimpin Zuma akan menghalangi langkah tersebut. Untuk melengserkan dia, setidaknya dibutuhkan dukungan lebih dari 100 anggota ANC di parlemen.
BACA JUGA: Korea Utara Serang Istana Presiden Korsel
Desakan agar Zuma mundur menguat setelah Mahkamah Agung meminta presiden yang terpilih kembali pada 2014 itu mengembalikan uang negara yang dipakai untuk membangun rumah pribadinya. Namun, Zuma gagal mengembalikan uang tersebut dan hanya bisa meminta maaf.
Partai oposisi Aliansi Demokrasi (DA) menuding bahwa Zuma sudah tidak layak memimpin negara. DA menginginkan agar balot dukungan dibuat sedemikian rupa sehingga tidak diketahui siapa yang mendukung dan tidak mendukung pelengseran Zuma tersebut. Tentu saja anggota ANC yang tidak mendukung tindakan Zuma diharapkan bisa memberikan suara.
BACA JUGA: MNLF Desak Filipina Terima Bantuan Pasukan Elite Indonesia
ANC menguasai 248 di antara 400 kursi di parlemen. DA cuma memiliki 89 kursi. Jika seluruh partai oposisi bergabung, suaranya hanya 151. Padahal, untuk melengserkan Zuma, diperlukan setidaknya dua pertiga suara di parlemen. Artinya, harus ada dukungan dari 267 legislator. Oposisi masih membutuhkan 116 suara dukungan dari ANC. Namun, tentu saja dukungan dari ANC akan sulit didapat karena mereka masih mendukung Zuma.
’’Presiden telah meminta maaf dan itulah kerendahan hati yang diperlukan untuk setiap pemimpin,’’ ujar Sekjen ANC Gwede Mantashe pada Senin (4/4) setelah pertemuan antara pemimpin senior partai.
BACA JUGA: 10 WNI dan 4 Malaysia yang Disandera Senasib di Satu Tempat...
Mantashe berharap seluruh anggota ANC di parlemen memberikan dukungan mutlak kepada Zuma dan menggagalkan usaha pelengseran tersebut. (afp/reuters/bbc/sha/c14/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tentara Filipina, AS, dan Australia Bikin Tiongkok Panas
Redaktur : Tim Redaksi