jpnn.com - SURABAYA--Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS) kembali kehilangan satu satwa langka. Yaitu, Rama, harimau Sumatera berusia 15 tahun. Rama dinyatakan meninggal karena gagal jantung, Minggu lalu (10/4).
Usai hasil otopsi tim dokter PDTS KBS keluar pada Senin (11/4) sore, Pelaksana tugas Dirut PDTS KBS Achsta Boestani Tajudin mengatakan, bahwa sebelum meninggal, Rama memang sempat dinyatakan sakit dan menjalani perawatan medis. Tepatnya dua minggu sebelum meninggal, harimau berbulu oranye dan hitam itu memang tidak mau makan dan sering muntah- muntah setiap selesai makan.
BACA JUGA: TNI Sergap Dua Kapal Cepat PNG, 6 Orang Ditangkap
“Biasanya muntah-muntah itu wajar dialami satwa jenis karnivora, kucing pun begitu. Tapi begitu ada tanda tanda berkurangnya nafsu makan yang mencolok, kami langsung memberikan penanganan,” tutur wanita yang kini juga menjabat sebagai Direktur Operasional PDTS KBS tersebut.
Rama kemudian dirawat intensif. Saat nafsu makannya menurun, tim mulai memberikan stimulus makanan. Salah satunya disediakan makanan yang memang menjadi favoritnya. Mulai dari daging segar, kuning telur sampai dengan hati atau jeroan binatang.
BACA JUGA: Pembangunan Terminal Angkutan Barang Masih Abu-abu
Hal tersebut sempat membuat kondisi Rama baikan pada minggu lalu. Namun, ternyata hal tersebut tidak lama. Ditambah kondisi napasnya kian hari semakin melambat.
“Sampai minggu kemarin, napas Rama semakin melambat. Hingga akhirnya dinyatakan sudah tidak bernyawa Minggu pada pukul 18.10 WIB,” jelasnya.
BACA JUGA: Kisah Donwori: Tak Ada Motor Matic, Abang Dibuang
Dari hasil otopsi diketahui, perut dan paru paru Rama sudah seluruhnya terisi cairan. Hal itu yang akhirnya membuat Rama gagal organ sehingga dirinya tidak bisa bertahan. Dari segi usia, lifetime Harimau Sumatera memang berkisar antara 15 sampai 16 tahun. Sedangkan Rama sendiri sudah berusia 15 tahun, dan Juni mendatang seharusnya ia berusia 16 tahun.
Meski begitu, bukan berarti kematian Rama ini dikarenakan ia kian menua. Akan tetapi menurut Aschta lebih karena adanya penyakit menurun yang merupakan dampak dari perkawinan dengan kekerabatan yang terlalu dekat. Rama memang lahir dan besar di KBS akan tetapi indukan dari Rama juga masih sepupu yang membuat penyakit resesif yang dibawa indukan bisa muncul pada anaknya.
“Kami tidak bisa pastikan penyakit apa yang muncul. Akan tetapi dari hasil pemeriksaan selama dia sakit ternyata Rama memang memiliki penyakit jantung lemah. Itu terlihat dari pengamatan tim dokter setiap kali ia dibius, ia selalu bangun lebih lama dibandingkan dengan yang seharusnya,” ulas Aschta.
Tidak hanya itu, dari hasil otopsi juga diketahui bahwa Rama menderita sejumlah penyakit ringan. Seperti sariawan dan juga karang gigi yang sudah sangat tebal. Selain itu, dari foto-foto otopsi juga diketahui Rama memiliki sejumlah luka di dagu.
“Itu luka tahunan. Kandang harimau kan dari besi, dia sering menggunakan besi itu untuk digosok-gosokkan ke dagunya. Yang membuatnya menjadi luka tahunan,” katanya. Akan tetapi dia sendiri memastikan bahwa luka-luka tersebut bukan menjadi penyebab dari matinya Rama.
Selanjutnya, setelah otopsi selesai, maka bangkai dari Rama akan dilakukan proses Taksidermi. Yaitu bagian bagian tubuh harimau Sumatra tersebut dipisah-pisahkan. Ada yang disimpan dan diawetkan. (ima/no/flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dari Anak SMP Gay Pekerja Seks, Hingga Rp 3 Juta Sekali Layanan
Redaktur : Tim Redaksi