jpnn.com - JAKARTA - Kegagalan demi kegagalan dialami Golkar selama kepemimpinan Aburizal Bakrie atau Ical. Dalam pemilu legislatif 9 April lalu misalnya, perolehan suara Golkar jauh di bawah target, dan terakhir dalam menjalin koalisi, Golkar gagal menempatkan kadernya sebagai capres maupun cawapres. Ironis, partai pemenang kedua pemilu hanya jadi pelengkap capres lain.
"Karena itu, sebagai bentuk pertanggungjawaban, Ical harus legowo mundur dari kursi Ketua Umum Partai Golkar," kata Fungsionaris Golkar Ais Anantama Said, di Jakarta, Selasa (20/5) menanggapi situasi yang dialami Golkar saat ini.
BACA JUGA: KPK Periksa Pegawai Ditjen Pajak Untuk Hadi Poernomo
Ais meminta semua pimpinan dan kader bangkit menyatukan kebesaran partai ini dengan mencari pemimpin yang lebih mampu dan mumpuni, dan itu bukan lagi dari kalangan pedagang yang terbukti gagal.
Saran Ais, cari tokoh berlatar belakang TNI seperti dulu. "Dua periode Golkar diurus pedagang, hasilnya Golkar makin terpuruk. Saat ini ada Luhut Panjaitan yang duduk di posisi Dewan Pertimbangan Golkar," kata Ais.
BACA JUGA: Besan SBY Yakin Demokrat Segera Bergabung
Gagal total dalam memimpin Golkar, Ais meminta Ical harus mundur dan tak perlu tunggu Munas, apalagi Munaslub. "Angkat saja pelaksana tugas ketua umum atau pejabat ketua umum sementara. Biaya untuk Munaslub bisa untuk kepentingan organisasi, atau disumbangkan ke fakir miskin saja," ujar Ais.
Kegagagalan kepemimpinan Ical lanjutnya, menyebabkan Golkar terbelah dua. Ada yang menyebut Golkar tulen, yang benar–benar menjalankan ruh Golkar, apalagi di kepengurusan Ical saat ini ada puteri mantan Ketua Dewan Pembina Golkar yaitu Titiek Soeharto. Dan satu lagi Golkar Ical yang selalu mengikuti apa yang diinginkan Ical. Dan terbukti Golkar di bawah Ical gagal, maka Golkar tulen pun lari mendukung Jokowi dan juga Prabowo.
BACA JUGA: Pakai Baju Putih, Hatta Ogah Disebut Ikuti Kebiasaan Jokowi
Sebenarnya lanjut mantan anggota DPR itu, kegagalan Golkar dalam pemilu legislatif dan pilpres 2014 sudah diprediksi lama oleh tokoh tokoh Golkar, indikasinya Kino-Kino yang tidak jalan, dan model kepemimpinan yang diterapkan Ical yang cendrung menjadikan Golkar seperti barang jualan.
Bahkan menurut Ais, nasihat dan saran para tokoh Partai Golkar diabaikan Ical. "Kalau pedagang yang kuasai partai, hasilnya begini. Kayak kucing kurap. Dikira tawar barang di pasar," katanya.
Selain itu Ais berharap pimpinan Partai Golkar saat ini tidak main pecat atau sanksi kepada kader yang ingin maju lewat partai lain. "Jika main paksa, sebaiknya mereka yang harus angkat koper dari Golkar," tegasnya.
Dia juga mengatakan, situasi ini menjadi pelajaran ke depan. Jajaran pengurus Partai Golkar tidak boleh lagi diisi kader karbitan atau bajakan. Proses kaderisasi harus diefektifkan agar yang berjuang membesarkan partai mendapat kehormatan
Mantan pengurus DPP Golkar era kepemimpinan Harmoko ini mengungkapkan keprihatinnnya karena dia mendengar sendiri bahwa partai yang telah lama berkuasa dan pernah menang dalam pemilu selama masa reformasi pemilu 2004 dan tidak pernah berada di urutan ketiga, apalagi bawah, menjadi olok-olok kalangan politisi partai lain dan juga media.
"Golkar partai besar. Pimpinan dan kadernya dinilai hebat-hebat. Tapi sekarang, seperti kucing kurap. Saat didekati oleh partai lain memilih menjauh, saat dijauhi malah kepikiran sendiri. "Kucing kurap begitu. Itu karena Partai Golkar jadi barang jualan oleh pedagang," imbuh Ais Anantama Said. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Pilpres, Mahfud dan PKB Pisah Ranjang
Redaktur : Tim Redaksi