jpnn.com - JAKARTA - Jokowi saat kampanye Pilpres 2014 lalu menandatangani komitmen menjadikan setiap 1 Muharam sebagai Hari Santri Nasional.
Bertepatan 1 Muharam, Sabtu (25/10), janji Jokowi tersebut pun ditagih oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama, Said Aqil Siradj. Menurut Aqil, PBNU menyambut positif gagasan tersebut dan meminta direalisasikan. Namun, Aqil memandang terlalu singkat Hari Santri ditetapkan pada tahun ini.
BACA JUGA: GAMKI Dorong Pemuda dan Pemerintah Tangkal Radikalisme
Apa yang disampaikan Said Aqil Siradj tersebut mendapat tanggapan dari kalangan santri. Salah satunya dari Muhammad Faukhan Alhasani, yang akrab disapa Gus Ohan, tokoh santri dari pesantren tertua di Jawa, Alkahfi Somalangu, Kebumen.
Ia menilai, euforia santri dalam merayakan muharam memang patut diapresiasi. Hanya saja ia kurang sependapat bila menjadikan setiap 1 Muharam sebagai Hari Santri Nasional.
BACA JUGA: Dimenangkan Mahkamah Partai Demokrat, Roy Suryo Kembali ke Senayan
"Niat Kyai Said saya percaya baik. Tapi penting kiranya mempertimbangkan sejauh mana urgennya menjadikan 1 Muharam sebagai hari Santri," ujar pemilik nasab Syeikh Abdul Qadir Jailani ini kepada RMOL (Grup JPNN.com), Minggu (26/10).
Senada dengan tokoh santri lainnya yang juga dikenal pemikirannya dalam membumikan ushul fiqh, Gus Wahyu NH Aly.
BACA JUGA: Kriteria Menteri BUMN Harus Tahu Seluk Beluk Bisnis
"Saya tidak sependapat jika hari istimewa tahun baru Hijriah ini dieliminir nilainya sebagai Hari Santri," tegas Pengasuh Lawang Ngajeng tersebut.
Gus Wahyu NH Aly menjelaskan, banyak sekali kandungan nilai 1 Muharam dan bersifat universal. Toh, banyak juga hari yang lebih cocok sebagai Hari Santri selain 1 Muharam.
"Santri kan identik dengan keilmuan. Jadi bisa bersamaan di hari Pendidikan Nasional. Hari Nuzulul Quran juga cocok. Jadi bukan diganti, tapi ada plusnya. Semisal hari Pendidikan Nasional plus hari Santri. Kurang lebihnya begitu kalau mau dipaksakan ada hari Santri," jelasnya.
Menurut Gus Wahyu NH Aly menilai penetapan Hari Santri sebagai gagasan yang menarik. Karena ide tersebut membawa spirit tersendiri di kalangan santri.
"Kalau bisa ada juga hari Kyai, hari Ulama, hari Ustaz, hari Pelajar, dan lain-lain. Kan jadi menarik, apalagi kalau kalender kita penuh tanggal merahnya mungkin banyak yang suka," pungkasnya. (wid/rmo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tumpang Tindih Fungsi, Beberapa Kementerian Harus Digabung
Redaktur : Tim Redaksi