GAIKINDO Akui Tren Penurunan Penjualan Mobil Masih Berlanjut hingga 2021

Selasa, 30 Maret 2021 – 17:57 WIB
GAIKINDO mengakui, tren penurunan penjualan mobil masih berlanjut hingga 2021. Ilustrasi Foto: antara

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Yohannes Nangoi mengakui, tren penurunan penjualan mobil masih berlanjut hingga 2021.

Menurut dia, kapasitas produksi kendaraan sebesar 2,4 juta per tahun.

BACA JUGA: Gaikindo Optimis Diskon PPnBM Dorong Penjualan Otomotif

Yohannes menjelaskan penjualan mobil biasanya mencapai 1,5 juta per tahun, terdiri dari 1,2 juta untuk domestik dan sekitar 330 ribu untuk diekspor.

"Imbas pandemi, total penjualan di 2020 anjlok menjadi hanya sekitar 700-an ribu mobil terdiri dari 530 ribu untuk domestik dan 200-an ribu untuk diekspor," ujar dia di Jakarta, Selasa (30/3).

BACA JUGA: Indonesia Swasembada Mobil, GAIKINDO Beberkan Buktinya, Ada Empat Indikator

Dia menyebutkan, jika kondisi tersebut terus berlanjut, bukan hanya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) bisa terjadi, namun eksistensi bisnis sektor otomotif pun turut terancam.

Kendati demikian, dia Yohannes mengatakan, saat ini Indonesia sudah swasembada mobil.

Total kebutuhan domestik, hampir 90 persen lebih disuplai dari pabrik domestik.

Yohannes juga mengatakan, 70-80 persen juga sudah menggunakan bahan baku lokal. Bahkan, Indonesia mampu mengekspor 330 ribu mobil ke berbagai negara, termasuk ke Jepang.

“Kalau Anda ke luar negeri lalu melihat ada mobil Xpander, Isuzu Traga, atau kendaraan sejenis Daihatsu GranMax, itu semua dari Indonesia karena pabriknya hanya ada di Indonesia,” ujar dia.

Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bekerja di berbagai area termasuk mendorong konsumsi masyarakat dan menyokong dunia usaha.

Dia mengatakan, anggaran insentif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) kendaraan bermotor diperkirakan mencapai Rp 2,99 triliun.

Pemerintah berharap insentif dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga mendorong perbaikan pada industri otomotif dan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.

“Kami memang sengaja mendesain agar front loading. Tujuannya untuk memacu confidence dan secara simultan bisa meningkatkan pemulihan ekonomi,” ujar dia.

Sebagai informasi, pada 2019 industri otomotif berkontribusi 3,98 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nonmigas.

Sektor padat karya ini menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar yakni 1,5 juta orang pekerja langsung dan 4,5 juta tenaga kerja tidak langsung.

Rantai pasok sektor ini juga sangat luas, terdapat kurang lebih 7.451 pabrik penghasil produk input untuk industri otomotif. (mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler