jpnn.com, SURABAYA - Tim gabungan aktivitis lingkungan meneliti pencemaran di Sungai Tambakwedi, Surabaya, Jatim.
Tim itu terdiri dari Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Muhammadiyah Surabaya (Mupalas), Komunitas Tolak Plastik sekali pakai (KTP) dan Ecoton.
Para aktivis ini meneliti kualitas air sekaligus mengukur tingkat pencemaran mikroplastik di sungai tersebut.
Mereka mengambil sampel air di tiga lokasi muara Sungai Tambakwedi dengan menggunakan alat TDS (Total dissolved Solid/kandungan ion terlarut dalam air), pengukur phospat, amonium, ph meter, clorin dan plankton net untuk mengambil sampel mikroplastik.
BACA JUGA: Ribuan Umat Hindu Mencebur ke Sungai Gangga, Ada yang Bawa Pedang dan Trisula
Hasil uji di tiga lokasi di Sungai Tambakwedi menunjukkan, TDS-nya menunjukkan angka sebesar 4015 ppm hingga 5012 ppm.
Angka itu dianggap sudah melebihi standar baku mutu air. Menurut standar baku mutu air harusnya angka TDS-nya tak boleh lebih dari 1500ppm.
BACA JUGA: Pemerintah Diminta Serius Tangani Pencemaran Laut Akibat Limbah Medis Covid-19
Kemudian, kandungan phospatnya menunjukkan angka 45 ppm. Angka ini juga dianggap melebihi baku mutu sungai kelas empat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
Berdasarkan aturan ini sungai kelas empat, kandungan phospatnya tak boleh lebih dari 5ppm. Sedangkan untuk pH menunjukkan di angka 8,6. Ini berarti air dalam kondisi basa.
Kondisi pH tinggi dan kadar phospat yang jauh di atas baku mutu menunjukkan jika Sungai Tambakwedi sudah tercemar deterjen.
""Dua tahun lagi ekosistem Sungai Tambakwedi akan buyar," kata Faisol Mardiono dari Mupalas.
Seperti diketahui, deterjen mengandung senyawa karsinogenik yang tidak bisa terurai di alam. Kondisi ini dipastikan menghancurkan ekosistem Sungai Tambakwedi dan Selat Madura.
Sedangkan efek phospat akan menghambat penguraian bahan organik di perairan, menyebabkan eutrofikasi atau penyuburan perairan sehingga terjadi ledakan populasi alga yang akan menurunkan oksigen terlarut.
Menurut Faisol, pencemaran ini bisa menyebabkan kematian biota air dan ikan. Busa yang timbul di permukaan juga menghalangi penetrasi matahari ke kolom air sehingga menghambat fotosintesis.
Selain itu mengganggu mobilitas biota perairan dan menyebabkan pH air menjadi basa. (ngopibareng/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia