jpnn.com, JAKARTA - Pertamina menggandeng perusahaan energi dunia, ExxonMobil untuk mengkaji penerapan teknologi Carbon Capture & Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS) di tiga wilayah lapangan migas.
Ketiga wilayah tersebut meliputi Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Jawa Barat
BACA JUGA: Chevron dan Pertamina Umumkan Kerja Sama Bisnis Rendah Karbon
Kesepakatan kerja sama Pertamina dan ExxonMobil itu diwujudkan melalui Joint Study Agreement (JSA) sebagai tindak lanjut dari MOU yang ditandatangani oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan President of ExxonMobil Indonesia Irtiza H. Sayyed, di Amerika Serikat, Jumat (13/5).
Penandatangan kesepakatan itu disaksikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat Rosan Roeslani.
BACA JUGA: Doel: Pelayanan Pertamina Saat Mudik Lebaran Begitu Baik, Sangat Membantu
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan investas Luhut Binsar Panjaitan mengatakan kerja sama ini merupakan jawaban yang sangat sederhana bagi beberapa negara maju seperti Indonesia.
Hal itu sebagai kebijakan terkait dengan masalah perubahan iklim.
“Kami sangat hati-hati memperhatikan kebijakan yang satu ini, seperti masalah reservoir yang semakin menipis,” kata Luhut.
BACA JUGA: Selamat, Pertamina Raih Dua Penghargaan Apresiasi Mitra BUMN Champion 2022
Luhut mengatakan pemerintah akan mendukung Pertamina dan ExxonMobil melakukan investasi dengan menyiapkan segala hal yang dibutuhkan.
Selama ini, kata Lubur, ExxonMobil membuktikan dirinya dengan investasinya di Indonesia selama beberapa dekade dan pemerintah Indonesia.
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan sebagai BUMN energi, Pertamina terus berkomitmen mendukung program Pemerintah untuk mempercepat transisi energi dan mencapai target penurunan emisi sebesar 29 persen pada 2030.
Pertamina mendukung target pemerintah mewujudkan Indonesia Net Zero Emission, melalui berbagai inisiatif yang dijalankan perseroan.
“Penerapan teknologi Carbon Capture & Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS) menjadi inisiatif penting menurunkan emisi sekaligus sebagai solusi untuk penerapan teknologi Enhance Oil/Gas Recovery (EOR/EGR) untuk meningkatkan produksi migas,” ujar Nicke.
Penerapan teknologi CCS dan CCUS, imbuh Nicke, diharapkan berperan penting dalam menurunkan gas rumah kaca di atmosfer, yang berkontribusi terhadap pemanasan global, perubahan iklim, pengasaman laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
“Sektor energi memang berkontribusi paling besar terhadap emisi GRK, sehingga transisi ke energi berkelanjutan sebagai tantangan paling mendesak,” imbuh Nicke.
Nicke menambahkan, saat ini Indonesia memegang Kepresidenan G20 dengan memprioritaskan transisi ke energi berkelanjutan sebagai salah satu isu utama.
Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo menyampaikan pada KTT G20 di Italia bahwa negara-negara anggota G20 dan para pelaku usaha harus menjadi katalisator pemulihan hijau dan bahu membahu mempertahankan ketahanan energi, aksesibilitas, dan keterjangkauan.
President of ExxonMobil Low Carbon Solutions Joe Blommaert menegaskan ini merupakan langkah maju lainnya bagi kedua perusahaan dan menempatkan Indonesia menjadi CCS Hub potensial untuk Asia Tenggara.
"Ini memainkan peran utama dalam mendukung pengurangan emisi dari sektor yang sulit untuk menghilangkan karbon," ujarnya.
Kesepakatan kerja sama Pertamina- ExxonMobil ini akan berlangsung salama 2 tahun.
Dalam kerja sama ini, juga memungkinkan untuk membangun penyimpanan Pusat CCS/CCUS regional, menemukan area pemulihan minyak dan gas yang ditingkatkan dan pembangkit hidrogen biru.
“Pengembangan teknologi CCS & CCUS sejalan dengan komitmen Pertamina untuk menerapkan Environment, Sustainability, & Governance (ESG) di semua lini bisnis perusahaan,” tandas Nicke. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Surabaya Ini Merantau ke Samarinda, Punya Ide Pakai Seragam Pertamina, Sontoloyo!
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian