Gandeng Jurnalis, Childfund International Bikin Kultur Digital Ramah Anak

Minggu, 19 Maret 2023 – 11:45 WIB
Childfund International di Indonesia (CFI) menggandeng para jurnalis memperkenalkan program Swipe Safe. Foto: Dokumen CFI

jpnn.com - JAKARTA - Childfund International di Indonesia (CFI) menggandeng para jurnalis memperkenalkan program Swipe Safe untuk membentuk kultur digital yang positif, di samping membantu orang tua dan tenaga pendidik dalam menavigasi dunia maya dengan lebih baik. 

Langkah ini juga untuk mengantisipasi pesatnya perkembangan teknologi dan ancaman negatifnya terhadap anak-anak.

BACA JUGA: Lewat 2 Program Ini Ganjar Bikin Jateng Jadi Provinsi Pelopor Ramah Anak

"Orang tua dan pendidik harus lebih cepat beradaptasi dalam mengawasi aktivitas anak, mendidik serta melindungi dari ancaman yang ada di dunia daring," kata Spesialis Perlindungan Anak dan Advokasi CFI Reny Haning, Jumat  (17/3).

Program inisiatif yang didukung ChildFund Australia dan Australia Government ini bertujuan supaya masyarakat dapat  menavigasi internet dengan aman melalui edukasi anak, orang tua, penyedia layanan dan sekolah mengenai potensi risiko online.

BACA JUGA: ChildFund Ajak Anak Indonesia Tanggap Bencana lewat Progam Sekolah Aman

Selain itu, juga lewat pemberian keterampilan praktis bagaimana melindungi diri mereka dari risiko eksploitasi seksual, kekerasan seksual, penipuan dan peretasan di dunia online. 

“Inisiatif Swipe Safe juga bekerja sama dengan sekolah untuk mengembangkan kebijakan sekolah dan prosedur keamanan online bagi anak,” imbuhnya.

BACA JUGA: ChildFund Lindungi Hak Dasar Anak Lewat Proyek Akta Kelahiran

Berdasarkan kajian tentang eksploitasi, kekerasan seksual dan perundungan online di Indonesia yang diluncurkan CFI pada Desember 2022, terungkap bahwa eksploitasi seksual komersial anak (ESKA) secara daring telah berkembang menjadi berbagai wujud.

Tidak hanya dalam bentuk produksi, kepemilikan, dan distribusi materi pelecehan dan eksploitasi seksual anak secara daring, tetapi telah diperluas menjadi live streaming pelecehan seksual anak, online grooming serta pemerasan dan pemaksaan seksual.

"ChildFund menemukan ESKA dapat menjadi masalah yang kompleks, dan anak-anak mungkin mengalami banyak eksploitasi dalam satu rangkaian kejahatan," ungkapnya.

Kajian menunjukkan bahwa teknologi dapat digunakan untuk memperluas kekerasan di kehidupan nyata.

Lebih jauh, sebanyak 5 dari 10 anak usia 13 tahun - 24 tahun menjadi pelaku perundungan online, sementara 6 dari 10 orang muda jadi korban.

Dalam rentang usia 13 tahun - 24 tahun, anak berusia 13 tahun - 15 tahunlah yang memiliki kerentanan tertinggi menjadi korban perundungan (64,5 persen).  

Anak laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama menjadi pelaku atau korban perundungan online.

Namun, anak laki-laki memiliki kemungkinan tinggi menjadi pelaku, sementara anak perempuan jadi korban. 

Sementara itu, siswa SMA lebih mungkin menjadi pelaku dan korban perundungan online dibanding siswa SMP ataupun mahasiswa perguruan tinggi. 

"Perundungan online sangat berkaitan dengan pengawasan serta peran dari orang tua, tenaga pendidik hingga media," kata Putu Andini selaku Psikolog Anak dan Co-Founder TigaGenerasi.

Perundungan mampu memengaruhi bagaimana anak mempersepsikan dirinya dan dunia di sekitarnya.

Persepsi ini tidak hanya terbentuk dari satu kejadian perundungan online yang dialami, namun, bisa juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti pemberitaan yang tidak ramah anak. 

Media massa sebagai kanal informasi memiliki peran penting dalam menyebarkan informasi baru dan mendidik masyarakat tentang wawasan dan perspektif baru, khususnya terkait pemberitaan yang ramah anak.

Diperlukan adanya partisipasi dari media massa untuk turut mengedukasi orang tua dan tenaga pendidik sebagai bekal dalam mengawasi serta menanggapi kasus-kasus kekerasan pada anak dan orang muda yang ada di dunia daring.

“Sebagai jurnalis harus menjadi lebih peka dan peduli untuk terus bersama memberikan edukasi terbaik untuk masyarakat, khususnya melalui pemberitaan yang ramah anak,” kata Rini Suryati selaku Ketua Forum Wartawan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Fortapena). (esy/jpnn)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler