Gandeng WSBI, BTN Gelar Pertemuan ke 28, Bahas Digitalisasi dan Inklusi Keuangan Global

Kamis, 15 Desember 2022 – 23:42 WIB
PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk bersama World Saving Bank Institute (WSBI) atau asosiasi Bank ritel dan tabungan internasional menggelar Pertemuan ke 28 WSBI Asia Pacific Regional Meeting bertema 'Sustainable and Resilient - Savings and Retail Banks in the Post-Pandemic Era'. Foto dok BTN

jpnn.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk bersama World Saving Bank Institute (WSBI) atau asosiasi Bank ritel dan tabungan internasional menggelar Pertemuan ke 28 WSBI Asia Pacific Regional Meeting bertema 'Sustainable and Resilient - Savings and Retail Banks in the Post-Pandemic Era'.

Sejalan dengan tema tersebut, terdapat sejumlah agenda diskusi yang digelar dari 15-16 Desember 2022, di antaranya mengenai digitalisasi dan inklusi keuangan, keberlanjutan dan  green finance, serta inovasi, fintech, dan pembayaran.

BACA JUGA: BTN Perluas Ekosistem Digital

Dalam pertemuan tersebut, hadir anggota WSBI seperti Peter Simon, Managing Director dari WSBI European Saving & Retail Bank, Shantan Yoosiri Senior Executive Vice President of Government Saving Bank Thailand.

Serta sejumlah delegasi dari berbagai negara seperti Government Saving Bank of Thailand, Cambodian Bank, Xalk Bank Uzbekistan, Amonat Bank, Tajikistan, Post Bank, Iran, Kenya Post Office Savings Bank, La Poste, Burkina Faso, Bostwana Savings Bank, Bostwana, European Investment Bank, Uni Eropa dan lain sebagainya.

BACA JUGA: PDIP Nomor Urut 3 di Pemilu 2024, Ganjar: Merah Total, Menang, Hattrick!

“Kami berterima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada BTN bisa berkolaborasi dengan WSBI untuk membahas secara bersama dalam diskusi, bertukar informasi mengenai langkah-langkah dan strategi penguatan digitalisasi, inklusi keuangan dan green financing, serta membahas hasil G20 sebelumnya,” ujar Direktur Utama, Haru Koesmahargyo di Bali, Kamis (15/12).

Bank BTN, lanjut Haru, mendukung pemulihan ekonomi Indonesia khususnya dari sektor properti.

BACA JUGA: Kepuasan Public Terhadap Kinerja Jokowi di Jateng Capai 84 Persen

“Beberapa hal yang kami jalankan adalah dengan memperkuat sentralisasi proses bisnis dan memfokuskan kantor cabang pada penjualan, kami juga memperkuat pencadangan kredit bermasalah untuk memperkuat pondasi Bank BTN dalam menjalankan ekspansi bisnis serta meningkatkan jumlah dana murah yang terbukti berhasil menurunkan cost of fund secara signifikan,” katanya.

Sementara itu pada kesempatan yang sama, Peter Simon menyampaikan perbankan menjadi garis pertahanan utama yang menyokong stabilitas perekonomian. Setelah pandemi, tantangan perekonomian tetap lebih menantang khususnya di benua Eropa.

“Banyak yang berharap, setelah pandemi berakhir, seolah-olah dalam beberapa bulan semuanya bisa kembali seperti sebelum Januari 2020. Apa yang kita semua lihat agak berbeda. Sekarang jelas bahwa tahun-tahun pandemi meninggalkan sejumlah perubahan permanen bagi kita. Krisis di Ukraina, prospek geopolitik yang lebih rumit, dan meningkatnya inflasi di Eropa dan Amerika Utara mempersulit kami untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut,” kata Simon.

Terkait dengan tema pertemuan WSBI hari ini, Simon menjelaskan Perbankan dituntut oleh para pemangku kepentingan, Pemerintah maupun masyarakat untuk meningkatkan digitalisasi dan perekonomian berkelanjutan.

Dia menilai urgensi transisi ke model ekonomi yang lebih berkelanjutan semakin nyata.

“Tantangan terbesar kita di abad baru ini adalah mengambil ide yang tampak abstrak yaitu pembangunan berkelanjutan dan mengubahnya menjadi kenyataan bagi semua orang di dunia,” kata Simon.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rights Issue BTN Segera Bergulir, Sebelum 2023?


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler