jpnn.com, JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku tidak setuju dengan penggunaan istilah lockdown terkait kebijakan Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono terhadap daerahnya, demi mencegah penularan virus corona (Covid-19).
Ganjar merasa istilah yang tepat atas kebijakan Dedy di Tegal, yakni membatasi pergerakan warga untuk mencegah corona.
BACA JUGA: Antisipasi Penyebaran Corona, 50 Titik Perbatasan di Tegal Ditutup
"Bukan lockdown, ya. Mengurangi pergerakan warga agar tidak terlalu bebas," kata Ganjar dalam diskusi yang disiarkan secara digital di Jakarta, Sabtu (28/3).
Ganjar menerangkan, awalnya Dedy mengeluarkan kebijakan menutup alun-alun, tempat hiburan, dan mematikan listrik pada jam tertentu di Tegal. Kebijakan itu dianggap Ganjar sudah tepat.
BACA JUGA: Tegal Lockdown, Akses Masuk di Perbatasan Bakal Dibeton
Pasalnya, kata dia, warga Tegal biasanya menjadikan alun-alun dan tempat hiburan sebagai tempat berkumpul. Namun, aktivitas berkumpul itu sangat rawan pada saat pandemi corona melanda Indonesia.
"Nah, Pak Dedy ini mengambil tindakan. Awalya di alun-alun di sana dipakai sebagai tempat mereka berkumpul, mengobrol, itu tempat penularanya paling gampang. Maka kemudian alun-alun ditutup dan listrik di sana dimatikan, agar tidak ada pertemuan warga. Sampai tingkat ini, kan, bagus itu," terang Ganjar.
BACA JUGA: Cara Kerja Rapid Test Corona Mirip Alat Tes Kehamilan, Begini Penjelasannya
Setelah kebijakan itu dikeluarkan, rupanya satu warga Tegal masih terjangkiti virus corona. Dedy pun gemas dengan temuan itu.
Menurut Ganjar, Dedy akhirnya menutup akses perbatasan dari dan menuju Tegal. Hal itulah yang lantas dimaknai sebagai lockdown.
"Setelah itu pak wali kota, kayaknya gemas. Kalau begitu saya tutup. Istilahnya, diambil istilah yang agak berat lockdown, padahal alun-alaun saja. Setelah saya tanya, ternyata enggak. Namun, mengurangi perbatasan, sehingga jalan-jalan di dalam kota dibatasi dan ditutup," kata dia.
Sebelumnya, Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono meningkatkan status kotanya menjadi darurat virus corona dan menerapkan full local lockdown untuk mencegah penularan virus corona.
Dia mengklaim, hal itu dilakukan demi keamanan bersama. Dedy menegaskan, dia memilih dibenci, daripada maut menjemput mereka.
Dedy Yon menjelaskan, setelah seorang pasien yang dirawat di Ruang Isolasi RSUD Kardinah positif terinfeksi virus corona, dia sudah merencanakan tindakan preventif segera mungkin.
Yang paling mendesak, papar Dedy, adalah penyemprotan disinfektan ke sejumlah lokasi-lokasi yang biasa digunakan sebagai tempat berkerumun warga.
Selain itu, Pemkot Tegal juga akan memperpanjang lokasi local lockdown, dengan menutup akses perbatasan menuju ke Kota Bahari.
Local lockdown akan dipertegas pula, ungkap Dedy, dengan mengganti sekat pintu masuk yang awalnya dari water barrier dengan movable concrete barrier (beton).
"Satu beton kira-kira beratnya sekitar 2 ton. Jadi akan sangat susah dipindah atau digeser oleh seseorang," katanya seperti dikutip dari Radar Tegal, Kamis (26/3).(mg10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan