Ganjar Mendatangi Desa Klaster Covid-19, Lho Mana Pasien Positifnya?

Sabtu, 19 Juni 2021 – 08:59 WIB
Gubernur Ganjar Pranowo di Demak. Foto: IG @ganjarpranowo

jpnn.com, DEMAK - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo kembali melakukan sidak penanganan Covid-19 di daerah zona merah.

Setelah beberapa hari lalu menyambangi Kabupaten Kudus, Pati, Grobogan, Karanganyar, Sragen, Jepara dan lainnya, kemudian Jumat kemarin dia memeriksa penanganan Covid-19 di Kabupaten Demak.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Peringatan dari Habib Rizieq, Novel Baswedan cs Meradang, Kalau Mundur Repot Lagi

Sejumlah lokasi didatangi Ganjar di Kota Wali itu. Di antaranya Puskesmas 3 Demak, RSUD Sunan Kalijaga Demak, serta dua program jogo tonggo di Desa Mangunjiwan Kecamatan Demak dan Desa Jetaksari Kecamatan Sayung.

Saat meninjau tempat isolasi terpusat di Desa Mangunjiwan dan Desa Jetaksari, Ganjar tidak menjumpai satu pun pasien Covid-19 yang diisolasi di lokasi itu, padahal dua desa itu termasuk zona merah.

BACA JUGA: Ganjar Mendatangi Desa Zona Merah Covid-19, Ada Fakta Mengejutkan, Lima Meninggal

Saat masuk ke tempat isolasi terpusat Desa Mangunjiwan, Ganjar hanya melihat ruangan kosong dengan kasur yang masih bersih.

Padahal di desa itu, ada 50 kasus positif Covid-19. Hal serupa juga dilihat Ganjar saat mengunjungi tempat isolasi terpusat Desa Jetaksari.

BACA JUGA: Pak Ganjar Minta Rumah Sakit Jiwa Siap Menampung Pasien Covid-19

Di desa dengan 34 kasus positif Covid-19 itu, tak ada satupun yang diisolasi di tempat isolasi terpusat.

"Lho ini kosong, katanya ada yang positif," tanya Ganjar pada kepala desa dan bidan desa setempat.

Bidan desa Mangunjiwan Ririn menerangkan pada Ganjar bahwa di desanya itu ada 50 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Sebanyak 21 orang masih menjalani isolasi mandiri di rumah, sementara 27 orang dinyatakan sembuh dan dua lainnya meninggal dunia.

"Mereka memilih isolasi di rumah, Pak, soalnya lebih nyaman," kata Ririn.

Bupati Demak Esti'anah yang mendampingi Ganjar mengatakan sudah menyiapkan tempat isolasi terpusat dengan kapasitas 104 kamar. Beberapa waktu lalu sempat terisi empat pasien, tapi saat ini sudah kosong.

"Isolasi terpusat kami masih kosong, Pak, ada 104 kamar. Kemarin sempat merawat, tetapi karena sudah sembuh maka dipulangkan," kata Esti'anah.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Demak Gufrin menambahkan, pemkab memiliki dua tempat isolasi terpusat yakni wisma Hasanah dan gedung BKPP dengan kapasitas 104 kamar.

Namun, sampai saat ini tempat isolasi terpusat itu masih kosong.

"Selain itu, kami juga memiliki posko-posko Covid-19 di desa sebanyak 356 dengan total kapasitas 1400 lebih. Jadi, masih ada ruangan cukup banyak," ucapnya.

Melihat kondisi itu, Ganjar pun meminta Pemkab Demak melakukan pemantauan ketat. Sebab jika tidak, klaster keluarga akan semakin banyak muncul di Demak.

"Kalau rumahnya tidak terlalu bagus, saya sarankan lebih baik diedukasi dan dibawa ke isolasi terpusat. Tetapi kalau rumahnya cukup bagus dan ada ruangan khusus, bisa diambilkan satu kamar dan dipastikan dia tidak bergerak ke mana-mana," pesan Ganjar Pranowo.

Bidan desa serta Satgas Covid-19, lanjut Ganjar, harus turun memastikan protokol kesehatan dijalankan secara ketat. Jika tidak, maka isolasi mandiri di rumah akan membawa risiko cukup besar.

"Risikonya kalau kemudian tidak mau diisolasi terpusat, seluruh anggota keluarga berpotensi tertular. Itu risikonya, jadi kenapa saya selalu mendorong agar semua yang positif diisolasi terpusat untuk menghindari yang lain tertular. Kecuali kalau satu rumah positif semuanya, maka lebih mudah. Dikunci saja di rumah, tidak boleh pergi-pergi selama menjalani isolasi," pungkas Ganjar Pranowo. (flo/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler