Ganjar Pranowo Terkesan dengan Inovasi Kesehatan RSUD Margono Soekarjo

Jumat, 22 Oktober 2021 – 08:30 WIB
Ganjar Pranowo. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, BANYUMAS - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi inovasi kesehatan yang dilakukan RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Banyumas, Purwokerto.

Melalui aplikasi Mangan Mendoane Rini, rumah sakit tersebut mengembangkan sistem pengelolaan ketersediaan farmasi obat atau alat habis pakai (AHP) terintegrasi rekam medik elektronik.

BACA JUGA: Moncer di Media Sosial, Ganjar Pranowo Tak Otomatis Jadi Favorit Milenial

Dengan demikian, praktik kolusi dan korupsi dalam pengadaan obat bisa diminimalisasi.

"Pemprov Jateng mengajak sekaligus mendorong membangkitkan semangat kepada pemerintah kabupaten atau kota dan SKPD provinsi melakukan terobosan-terobosan untuk meningkatkan pelayanan publik yang berkualitas,” kata Ganjar Pranowo dalam keterangannya, Rabu (20/10).

BACA JUGA: Survei Capres: Ganjar Pranowo Mengungguli Prabowo Subianto

Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Dr Margono Soekarjo Yunita Dyah Suminar mengungkapkan tingkat kunjungan pasiennya sangat tinggi.

Rata-rata bisa mencapai 963 pasien dalam satu hari.

BACA JUGA: Dirut BPJS Kesehatan: Keberlanjutan Program Jaminan Kesehatan Harus Terjaga

Sekitar 80 persen di antaranya merupakan pasien pengobatan rawat jalan, sementara sisanya adalah pasien rawat inap dan UGD.

Dengan tingginya jumlah kunjungan pasien, rumah sakit ini mengeluarkan 6.454 resep dengan proporsi 37 persen dari total anggaran rumah sakit.

Praktik kolusi dengan pemasok obat kerap terjadi sehingga bisa menyebabkan inefisiensi biaya pengadaan obat akibat adanya over stock, perencanaan obat dan AHP tidak sesuai kebutuhan rumah sakit, kehilangan fisik obat dan kedaluwarsa, ketidakuratan pencatatan sehingga terjadi selisih inventory obat, dan persoalan-persoalan lainnya.

Untuk menghindari hal tersebut, RSUD Dr Margono Soekarjo membangun sistem Mangan Mendoane Rini.

"Celah (dugaan kolusi) bisa saja internal rumah sakit yang didukung oleh penyedia obat karena ada yang diskonnya sampai 60 persen," tutur Yunita.

Dia mengungkapkan banyak obat yang tidak terserap sebelum adanya sistem Mangan Mendoane Rini.

Jumlahnya sekitar 0,15 persen obat kedaluwarsa dan sekitar 6.554 resep obat setiap harinya.

Dengan sistem Mangan Mendoane Rini, ketersediaan obat dan alat habis pakai bisa dipantau secara real time. (mcr9/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur : Adek
Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler