Gapki: Industri Kelapa Sawit Hasilkan Devisa Rp 360 Triliun

Selasa, 28 Mei 2019 – 05:15 WIB
Ilustrasi petani kelapa sawit. Foto: Kaltim Post/JPNN

jpnn.com, BALIKPAPAN - Pelaku usaha kelapa sawit berharap Pemprov Kalimantan Timur terus memberi kemudahan kepada investor untuk berinvestasi.

Sebab, Kaltim dinilai memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan pabrik biodiesel. Terlebih potensi produksi kelapa sawit sangat melimpah.

BACA JUGA: Ekspor CPO Tumbuh, Tetapi Belum Maksimal

Saat ini Kaltim sudah punya 81 pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 4.500 ton tandan buah segar (TBS) per jam.

BACA JUGA: Kudo, Aplikasi Digital untuk Bantu Warung Tradisional

BACA JUGA: Penyebab Ekspor CPO Indonesia Hanya Naik Tipis

Pabrik tersebut memiliki produksi crude palm oil (CPO) mencapai 2,5-3,5 ton per tahun.

Dengan produksi tersebut, sudah seharusnya Bumi Etam memiliki industri hilir sendiri.

BACA JUGA: Strategi Indonesia Hadapi Uni Eropa soal Kelapa Sawit

Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan (KEK-MBTK) di Kutai Timur disebut-sebut sebagai pusat industri hilir tersebut.

Namun, hingga kini tak kunjung beroperasi meski telah diresmikan oleh Presiden Joko widodo pada April lalu.

Biodiesel dianggap salah satu produk hilirisasi yang potensial dikembangkan.

Pembina Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Azmal Ridwan mengatakan, sebenarnya jika langsung mengembangkan biodiesel tidak menjadi permasalahan selama pasarnya ada.

Sebab, potensinya luar biasa di Bumi Etam. Akan tetapi, saat ini kesulitan karena masih minim investor yang mau melakukan itu.

 “Yakinkan investor dahulu jika investasi di Kaltim lebih gampang dan pasarnya ada,” ungkapnya, Minggu (26/5).

Menurutnya, kelapa sawit di Indonesia sudah menghasilkan devisa negara mencapai Rp 390 triliun.

Dengan devisa sebesar itu, harusnya sektor ini bisa memperoleh kemudahan.

“Berikan kemudahan pada pelaku usaha yang sudah memenuhi persyaratan, jangan dipersulit. Selama ini, masih banyak persoalan perizinan yang memakan waktu panjang untuk bisnis kelapa sawit dan pengelolaan biodiesel,” jelasnya.

Azmal menambahkan, investor sering enggan membuka bisnis di Kaltim karena prosedur yang tidak sesuai.

Jika pabrik biodiesel bisa dibangun di Kaltim, beberapa daerah di sekitar juga bisa memanfaatkan hasil produksi dengan biaya yang lebih murah.

Misalnya, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi.

Bahkan, tidak tertutup kemungkinan Sabah, Malaysia, juga bisa melakukan ekspor biodiesel dari Indonesia.

Indonesia punya potensi untuk membangun pabrik biodiesel di berbagai daerah termasuk Kaltim.

“Namun, bagaimana membangun tanpa adanya kemudahan perizinan. Itu dahulu yang harus diperhatikan agar semua berjalan lebih lancar,” pungkasnya. (*/ctr/ndu/k18)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kebijakan Global Pengaruhi Produksi Kelapa Sawit Nasional


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler