jpnn.com, JAKARTA - Ketua Forum Karya Sawit Indonesia (Forkasi) Dedi Zarkasih mengakui ekspor kelapa sawit memang menunjukkan penurunan.
Namun, hal itu bukan sepenuhnya kesalahan pemerintah dalam mendorong peningkatan komoditas tersebut.
BACA JUGA: Ekspor Minyak Sawit Terus Menurun
Menurut Dedi, ada beberapa faktor lain yang perlu dicermati secara objektif sehingga dapat diulas masalah yang terjadi.
“Apa, sih, yang menyebabkan penurunan? Kondisi eksternal (global) juga perlu diperhatikan. Sekarang terjadi tekanan pasar global terhadap komoditas sawit," ujar Dedi, Selasa (11/12).
BACA JUGA: 3 Strategi Gapki Tingkatkan Pendapatan dari Kelapa Sawit
Dia menambahkan, tekanan global membuat harga kelapa sawit anjlok jika dilakukan ekspor.
Hal itu memengaruhi tingkat penerimaan dan pengeluaran yang diterima petani kelapa sawit.
BACA JUGA: Moratorium Sawit Tak Pengaruhi Produksi
"Harga kelapa sawit di pasaran dunia anjlok. Ketika ekspor, maka harga hasil produksi petani tentu harus disesuaikan dengan nilai pasar dunia," kata Dedi.
Menurut Dedi, ketika nilai tak sebanding, maka berdampak kepada produktivitas petani perkebunan kelapa sawit lantaran dianggap kurang menguntungkan.
Selain itu, sambung Dedi, kampanye negatif terhadap perkebunan kelapa sawit Indonesia yang dilakukan bangsa asing juga menjadi penyebab.
Kondisi lainnya, kata Dedi, ketersediaan lahan perkebunan kelapa sawit yang selama ini masih belum normal.
Masih banyak lahan di luar hak guna usaha (HGU) dicaplok perusahaan swasta yang melanggar hukum.
"Jadi, tanah untuk rakyat, petani kelapa sawit amat minim. Untungnya saja sudah diterapkan reforma agraria dan perhutanan sosial sehingga mulai ada kejelasan untuk lahan garapan petani perkebunan," ungkap Dedi.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa nilai tukar petani (NTP) per November 2018 mengalami penurunan. NTP perkebunan per November berada di angka 95,59.
Menurunnya NTP perkebunan disebabkan antara lain faktor merosotnya ekspor kelapa sawit sehingga ikut menekan harga jual di kalangan petani. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rupiah Bisa Rp 20 Ribu Jika Tidak Ada Kelapa Sawit
Redaktur : Tim Redaksi