Gara-Gara Tol Cipali, Omset Pedagang Oleh-Oleh di Jalan Nagreg Turun

Minggu, 25 Juni 2017 – 07:22 WIB
Pedagang di kawasan Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Foto: Riana Setiawan

jpnn.com, BANDUNG - Pedagang oleh-oleh khas Bandung di sepanjang Jalan Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, tidak begitu gembira menyambut Lebaran tahun ini.

Pasalnya, omset penjualan mereka menurun saat arus mudik Lebaran 2017 ini. Bahkan penurunan omset itu mencapai sebesar 50 persen.

BACA JUGA: Menhub tak Menyangka Arus Mudik Nagreg Landai di H-1

Penurunan diakibatkan jumlah volume kendaraan yang tidak menentu dan hadirnya beberapa jalur baru, seperti Tol Cikopo - Palimanan (Cipali).

Para pemudik tujuan Garut, Tasikmalaya maupun Jawa Tengah ini berkurang, hal tersebut sangat terlihat dari jumlah volume yang cenderung menurun sejak H-7 lalu dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

BACA JUGA: Khawatir Ketinggalan Kapal, Pemudik Datangi Pelabuhan Dini Hari

Sentra oleh-oleh Bandung yang berlokasi di jalan Raya Nagreg, Desa Nagreg, Kecamatan Nagreg ini berdiri sejak tahun 80-an. Seiring berjalannya waktu deretan kios oleh-oleh semakin menjamur karena tersembut selalu dilewati oleh pemudik maupun wisatawan dari Jakarta atau Bandung.

Semenjak muncul Tol Cipali, angin segar tidak berpihak kepada para pedagang beberapa tahun belakang ini akibatnya penurunan omset yang cukuk signifikan tidak dapat terhindarkan.

BACA JUGA: Arus Mudik: H-1 Pantura Lengang

Salah satu pedagang, Yani Suryani (40) mengatakan sebelumnya adanya jalur lingkar Nagreg dan Tol Cipali pendapatan berkurang terlebih saat arus balik dikarenakan Jalan Raya Nagreg hanya diperuntukkan bagi pengendara arah Bandung bukan sebaliknya.

"Beberapa tahun lalu pendapatan hingga 4 juta dalam satu hari, tahun ini paling besar hanya 2 juta," kata Yani juga berprofesi sebagai buruh industri tekstil saat ditemui tim Radar Bandung, Sabtu (24/6).

Oleh-oleh yang dijual disentra ini diantaranya kerupuk malarat, opak, borondong, gorengan tempe, dodol Garut, moci, peyeum singkong, ubi Cilembu, keripik singkong dan wajit Cililin.

Yani mengatakan para pemudik yang menepi di kios tersebut kebanyakan membeli dodol Garut untuk oleh-oleh sanak keluarga di kampung halaman. Beberapa tahun lalu dalam satu hari dodol terjual 18 kilogram per hari kini merosot hingga 8 kilogram.

"Penurunan pendapatan berkurang hingga 50 persen setiap harinya," imbuhnya.

Diluar arus mudik lebaran, para pedagang hanya menikmati keuntungan saat arus akhir pekan saja dan untuk hari Senin hingga Jum'at pendapatan tidak lebih dari 1 juta dalam satu harinya.

Senada dengan Yani, Agus Gunadi (48) menyebutkan bahwa menjual oleh-oleh adalah pekerjaan utamanya setiap hari.

Dengan adanya penurunan omset, dia berharap pemerintah memberikan solusi agung untuk mengentaskan permasalahan ini. Terlebih beberap tahun kebelakang penurun tersebut lambat laun akan mencekik pendapatan pedagang.

"Mengharapkan solusi daripada pemerintah, karena kami berjualan produk yang ada kedaluwarsanya kalau tidak laku ya kita pasti merugi," ujarnya.

Agus menyebutkan bahwa beberapa pedagang telah gulung tikar akibat sepinya pembeli dan sebagian pedagang pula memustukan untuk pindah kios ke sepanjang jalan lingkar Nagreg.

"Hingga saat ini saya coba tetap bertahan untuk menjual oleh-oleh khas Bandung meskipun keuntungan yang tidak pasti," ungkapnya.

Selain itu dia pun berharap kepada pemerintah untuk membuat centra UMKM yang dikelola dengan baik agar para pedagang tidak terus menurus mengalami kerugian yang diakibatkan sepinya pemudik atau wisatawan terutama saat arus mudik tiba.

"Supaya ada bantuan modal dari pemerintah kita kan setiap tahunnya mengalami penurunan omset," harapnya.

Penanggung Jawab Posko Induk Nagreg Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bandung, Isnuri winarko, mengatakan volume kendaraan dari H-7 hingga H-7 tahun ini mengalami penurun sebesar 2 persen, pada tahun 2016 sampai H-1 kendaraan yang melintasi Nagreg sebanyak 678.271.

"Sampai H-1 kendaraan yang melintas berkurang hingga 678.271 unit kendaraan," ujarnya.

Dia menyebutkan penurunan volume kendaraan tersebut diakibatkan adanya pengalihan jalur ke arah serta ditambah dengan adanya jalur tol baru di arah utara. Hal tersebut menyebabkan pemudik yang sebelumnya melintasi jalur Nagreg otomatis beralih ke jalur utara.

"Ditambah lagi adanya tol yang menghubungkan langsung ke Pekalongan, pemudik yang biasanya menggunakan jalur selatan beralih ke utara dan untuk jalur Nagreg tetap didominasi pemudik tujuan Tasikmalaya, Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan," tandasnya. (kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Besok Lebaran, Bumbu Instan Opor Ayam Jadi Langka


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler