Garam Tak Beryodium Masih Beredar di Jateng, Ancam Pertumbuhan Kemampuan Otak Anak

Jumat, 28 Juni 2024 – 13:28 WIB
Proses pengujian garam beryodium dalam pelatihan yang digelar LP2K Jateng. Foto: Wisnu Indra Kusuma/JPNN.com

jpnn.com, SEMARANG - Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Jawa Tengah (Jateng) masih menemukan banyak garam beryodium yang tidak berstandar di pasaran.

Kepala LP2K Jateng Abdun Mufid mengatakan konsentrasi fortifikasi garam beryodium masih rendah. Bahkan, temuan di lapangan juga ada garam tak beryodium yang beredar tanpa pengawasan.

BACA JUGA: Selain Garam, Makanan Ini juga Kaya akan Yodium

"Sekarang ini kami mencoba mendukung pemerintah soal garam beryodium, dan penguatan di level industri kecil menengah (IKM) garam," ujarnya, Jumat (28/6).

Mufid menyatakan dukungan itu diwujudkan melalui pelatihan pengujian garam beryodium kepada instansi terkait yaitu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) pada 15 kabupaten/kota di Jateng.

BACA JUGA: Agar Otak Bayi Optimal, Ibu Hamil Harus Tingkatkan Kadar Yodium

Mereka dibekali pengetahuan dan keterampilan melakukan pengujian garam beryodium melalui alat mini laboratorium. Alat tersebut dapat mengetahui kadar yodium pada garam.

"Garam beryodium SNI wajib minimal 30 PPM, tetapi di lapangan masih di bawah ketentuan dan tidak ada sama sekali kandungannya," ujarnya.

BACA JUGA: Hati-Hati Penipuan Modus Like Video di YouTube

Pihaknya bersama Nutrition Internasional secara berkala memberikan pelatihan tersebut agar dampak kekurangan yodium di masyarakat segera terentaskan.

Ada beberapa dampak kekurangan yodium, di antaranya dapat mengganggu pertumbuhan kemampuan otak, kasus gondok, hingga kretin.

Selain mendorong pengawasan di pasaran, pihaknya juga masif mengoptimalkan edukasi di level IKM agar memproduksi garam sesuai prosedur.

"Garam yodium maupun tidak mengandung itu sama-sama laku di pasar. Kami lakukan advokasi supaya dibenahi di level IKM," katanya.

Sementara seorang peserta pelatihan, Penyuluh Disperindag Kabupaten Demak Palupi Martasari mengatakan keakuratan mini laboratorium amat membantu mengetahui kualitas garam beryodium.

Selama ini pihaknya monitoring di IKM yang telah memiliki alat mini laboratorium sesuai prosedur operasional standar atau SOP. Hasilnya selalu memenuhi, bahkan 80 sampai 90 PPM.

"Cuma kami tidak bisa memastikan yang beredar di pasaran karena tidak hanya produk dari Kabupaten Demak saja," katanya. (mcr5/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapolri Turunkan Propam, Irwasum, dan Bareskrim untuk Asistensi Kasus Vina Cirebon


Redaktur : Rah Mahatma Sakti
Reporter : Wisnu Indra Kusuma

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler