jpnn.com, JAKARTA - Sepanjang 2017, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk membukukan pendapatan operasi sebesar USD 4.2 miliar atau meningkat 8.1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu USD 3.9 miliar.
Kinerja operasional perseroan yang terus menunjukan tren positif tersebut sejalan dengan komitmen manajemen dalam penerapan strategi “5 Quick Wins” yang dijalankan sejak kuartal 2 – 2017.
BACA JUGA: Garuda Indonesia Rugi Rp 2,88 Triliun
Selain itu, maskapai penerbangan berpelat merah ini juga mencatatkan tingkat keterisian penumpang (seat load factor) sebesar 74.7 persen dengan tingkat ketepatan waktu (On Time Performance - OTP) sebesar 86.4 persen.
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N. Mansury mengatakan, menutup tahun 2017 Garuda Indonesia juga berhasil mempertahankan capaian standarisasi layanan bintang 5 dari Skytrax sejak tahun 2014.
BACA JUGA: Benahi Garuda Indonesia Tak Semudah Membalik Telapak Tangan
"Hal tersebut tentunya menjadi bukti komitmen perusahaan untuk terus mengedepankan layanan berkualitas yang berorientasi terhadap 'Customer Experience' di tengah strategi efisiensi yang dijalankan manajemen," tegas Pahala di Jakarta.
Pahala menambahkan, tren pertumbuhan pendapatan operasional tersebut salah satunya ditopang oleh pertumbuhan pendapatan operasional pada lini layanan penerbangan tidak berjadwal yang meningkat sebesar 56.9 persen atau menjadi sebesar USD 301.5 juta.
BACA JUGA: Garuda Indonesia Target Pendapatan Naik 11 Persen
Selain itu, sektor pendapatan lainnya (pendapatan di luar bisnis penerbangan & subsidiaries revenue) turut meningkat sebesar 20.9 persen dengan pembukuan pendapatan sebesar USD 473.8 juta.
"Sepanjang tahun 2017, Garuda Indonesia juga berhasil menekan catatan kerugian dari Kuartal 1 -2017 dari rugi sebesar USD 99.1 juta berkurang menjadi rugi sebesar USD 38.9 pada Kuartal 2-2017. Kemudian perusahaan berhasil membukukan laba bersih sebesar USD 61.9 juta pada Kuartal 3-2017 dimana angka tersebut naik 216.1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya," ucapnya.
Sepanjang semester 2- 2017, Garuda Indonesia berhasil membukukan laba bersih hingga USD 70.4 juta yang merupakan hasil akumulasi laba bersih di kuartal 3-2017 sebesar USD 61.9 juta dan laba bersih di kuartal 4-2017 sebesar USD 8.5 juta.
Capaian positif tersebut tentunya juga sejalan dengan upaya perusahaan dalam menekan catatan kerugian (net loss) hingga menjadi rugi USD 67.6 juta pada kinerja full year 2017 atau berkurang cukup signifikan dari tekanan kerugian di semester 1-2017.
Adapun perhitungan catatan kerugian tersebut diluar perhitungan biaya extra ordinary items yang terdiri dari tax amnesty dan denda sebesar USD 145.8 juta yang merupakan long term policy manajemen dalam menyehatkan kondisi finansial perusahaan secara jangka panjang.
Partisipasi pada program tax amnesty tersebut merupakan komitmen perusahaan untuk menyelesaikan permasalahan pajak yang tertunda sampai dengan tahun 2015 lalu. Dengan demikian bila ditambahkan dengan biaya tax amnesty dan denda pengadilan, maka total kerugian (net loss) yang dibukukan Garuda Indonesia pada tahun kinerja 2017 adalah sebesar USD 213.4 juta.(mg7/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Antisipasi Lonjakan Penumpang, Garuda Tambah 76 Ribu Kursi
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh