Gas Air Mata, Sejarah Penemuan, Bisnis, dan Penggunaannya untuk Pembubaran Massa

Senin, 03 Oktober 2022 – 14:14 WIB
Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa pengunjuk rasa yang berakhir dengan kericuhan. Foto: Antaranews.com

jpnn.com - Gas air mata sedang menjadi omongan setelah kematian 125 orang dalam Tragedi Kanjuruhan seusai laga antara Arema FC melawan Persebaya, Sabtu (1/10).

Penggunaan lakrimator -sebutan lain untuk gas air mata- dianggap sebagai biang tragedi yang terjadi seusai laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10) malam itu.

BACA JUGA: Beredar Video Prajurit TNI Terlibat Tragedi Kanjuruhan, Jenderal Andika Perkasa Marah

Menurut laman Britannica, lakrimator merupakan perpaduan sejumlah zat yang menyebabkan sensasi menyengat pada selaput lendir mata. Efeknya pun menyebabkan air mata.

Gas air mata juga mengiritasi saluran pernapasan atas, memicu batuk, dan membuat kulit terasa terbakar. Meski namanya gas, tetapi bentuk sebenarnya berupa serbuk berukuran mikro.

BACA JUGA: Mantan Menpora: Setahu Saya, Penanganan Kerusuhan di Sepak Bola Tidak Pakai Gas Air Mata

Cikal bakal gas air mata dimulai ketika ilmuwan German menemukan sintesis bernama chloroacetophenone (CN) pada 1870. Senyawa kimia itu menyebabkan mata sakit dan menimbulkan sensasi terbakar pada hidung, tenggorokan, dan paru-paru.

Perang Dunia I melambungkan penggunaan gas air mata. Sebuah perusahaan Amerika Serikat (AS) memproduksi CN dan menjualnya dengan nama dagang Mace®.

BACA JUGA: Detik-Detik Tragedi Kanjuruhan, Dahlan Iskan: Ini Bukan Aremania Lawan Bonek

Anna Feigenbaum, lektor kepala di Universitas Bournemouth, Inggris, menjelaskan penggunaan gas air mata secara besar-besaran terjadi pada Perang Dunia I.

Walakin, penulis buku Tear Gas: From the Battlefields of World War I to the Streets of Today itu menyebut sebelum Perang Dunia I berlangsung, polisi Prancis justru sudah mencoba penggunaan gas air mata kepada para pelaku tindak kejahatan di negeri-negeri jajahannya di Afrika.

Penggunaan gas air mata justru meningkat setelah Perang Dunia I berakhir. Amerika Serikat sebagai kampiun kapitalisme menjadikan gas air mata sebagai ladang bisnis.

"Jadi, di AS, orang yang akhirnya mengambil alih Divisi Peperangan Kimia -aktif selama perang- pergi dengan misi bersama teman-temannya yang kuat di penerbitan, pengacara, dan humas untuk menciptakan pasar komersial bagi gas air mata. Namanya Jenderal Amos Fries," ujar Feigenbaum dalam wawancara dengan VOX Media pada pertengahan 2020.

Selama periode 1919 hingga awal 1920-an, Jenderal Amos dan rekan-rekan bisnisnya mendekati kepolisian. Mereka juga beriklan untuk menjangkau pembeli.

"Pada pertengahan 1920-an, gas air mata mulai menjadi hal biasa di gudang senjata polisi," ucap Feigenbaum.

Di AS, lakrimator juga dikenal dengan sebutan CS gas atau chlorobenzalmalononitrile. CS merupakan perpaduan dari inisial terakhir dua ilmuwan yang menemukannya pada 1928, yakni Ben Corson dan Roger Stoughton.

Berakhirnya Perang Dunia I membuat ribuan tentara AS pulang kampung dan butuh pekerjaan. Akan tetapi, tidak banyak lapangan pekerjaan yang tersedia saat masa beralih dari peperangan ke era damai.

Kondisi itu berimbas pada meningkatnya agitasi pemogokan buruh, bahkan sampai memicu kerusuhan di kalangan warga Amerika keturunan Afrika.

Warga kulit putih di AS menganggap mantan tentara Afro-Amerika memperoleh banyak keuntungan semasa perang. Selama periode 1919-2021 saja terdapat 29 kekerasan karena aksi mogok dan kerusuhan rasial di AS.

Hal itu memaksa pemerintah AS menurunkan tentara untuk menciptakan ketertiban. Gas air mata pun menjadi pilihan untuk membubarkan massa.

Menurut Feigenbaum, upaya membubarkan massa dalam kerusuhan biasanya meninggalkan jejak dan ceceran darah. Namun, hal itu tidak terjadi pada penggunaan gas air mata.

"Anda tidak tampak seperti orang jahat, cuma membuat orang-orang kelihatan acak-acakan," tutur Feigenbaum.

Pada 1932, ribuan veteran Perang Dunia I menggelar aksi bertitel Bonus Army March dengan melakukan mars ke Washington DC untuk mengeklaim uang yang dijanjikan pemerintah. Era Great Depression pada waktu itu membuat banyak orang jatuh miskin.

Aksi itu menjadi kaos. Pemerintah AS mengerahkan militernya untuk mengatasi aksi tersebut.

Para veteran yang ikut aksi tidak membawa senjata sama sekali. Adapun tentara pemerintah menggunakan gas air mata.

Insiden itu menjadi pemberitaan utama di berbagai media. Namun, pemberitaan itu juga mejadi bahan promosi tentang keberhasilan penggunaan gas air mata.

Feigenbaum mengungkapkan CS yang digunakan saat ini sudah jauh berbeda dibandingkan versi 1950-an. Stiap waktu pabrik pembuat gas air mata menciptakan yang lebih baru demi keamanan.

"Di lain waktu mereka mengatakan itu memiliki dampak lebih besar," ucap Feigenbaum.(JPNN.com)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penjelasan Guru Besar FKUI Tentang Efek Terpapar Gas Air Mata, Simak! 


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler