Penjelasan Guru Besar FKUI Tentang Efek Terpapar Gas Air Mata, Simak! 

Minggu, 02 Oktober 2022 – 18:39 WIB
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan seusai pertandingan antara Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022). Foto: ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/pras.

jpnn.com - Penembakan gas air mata setelah pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10) malam menuai polemik.

Terlebih ada ratusan orang tewas yang mayoritas berasal dari Aremania -suporter setia Arema FC- setelah pertandingan antarklub elite di Jawa Timur itu. 

BACA JUGA: Respons Presiden FIFA Terkait Tragedi Kanjuruhan, Indonesia Terancam Sanksi?

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama mengatakan gas air mata mengandung beberapa zat, seperti chloroacetophenone (CN), chlorobenzylidenemalononitrile (CS), chloropicrin (PS), bromobenzylcyanide (CA), dan dibenzoxazepine (CR). 

"Secara umum dapat menimbulkan dampak pada kulit, mata, paru, serta saluran napas," kata pria bergelar profesor itu melalui keterangan persnya, Minggu (2/10/2022). 

BACA JUGA: PSSI Beber Alasan Tetap Gelar Laga Arema vs Persebaya Malam Hari

Tjandra mengatakan gejala akut ketika seseorang terpapar gas air mata bisa menimbulkan gangguan kesehatan, seperti batuk hingga dada berat. 

"Bisa berupa dada berat, batuk, tenggorokan seperti tercekik, batuk, dan sesak napas," lanjut Direktur Pascasarjana Universitas YARSI itu mengatakan gas air mata pada keadaan tertentu bisa memunculkan gawat napas atau respiratory distress. 

BACA JUGA: Arema vs Persebaya: 3 Dampak Serius Setelah Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan

Dia, bahkan mengatakan orang yang mimiliki asma dan terpapar gas air mata bisa mengakibatkan serangan napas akut. 

"Serangan sesak napas akut yang bukan tidak mungkin berujun gagal napas atau respiratory failure," ujar Tjandra. 

Lebih lanjut, Tjandra membeberkan seorang yang terpapar gas air mata bisa saja mengalami rasa terbakar di mata, mulut, dan hidung. Selain itu, bisa berupa pandangan kabur dan kesulitan menelan. 

"Kemudian, dapat terjadi semacam luka bakar kimiawi dan reaksi alergi," kata Tjandra. 

Tjandra juga menyebut dampak utama gas air mata biasanya segera timbul, dan pada keadaan tertentu bisa mengakibatkan kronik berkepanjangan.

"Hal ini terutama kalau paparan berkepanjangan, dalam dosis tinggi, dan apalagi kalau di ruangan tertutup," kata Tjandra. 

Sebelumnya, Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta mengatakan penembakan gas air mata terpaksa dilakukan karena guna mencegah tindakan anarkistis suporter Arema yang membahayakan keselamatan pemain dan ofisial. 

"Dari 40 ribu penonton, tidak semua anarkistis. Hanya sebagian, sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan," tutur perwira bintang dua itu.

Akibat tembakan gas air mata itu, para pendukung lantas menuju pintu keluar.

"Kemudian, terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak napas, kekurangan oksigen," katanya. (ast/jpnn) 

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur : Dhiya Muhammad El-Labib
Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler