Gasifikasi Batu Bara Punya Dampak Besar bagi Indonesia, Pemerintah Harus Dukung Penuh

Selasa, 14 Maret 2023 – 03:11 WIB
Ilustrasi: Seorang penduduk berjalan di depan pembangkit listrik tenaga batu bara. (ANTARA/REUTERS/Jason Lee)

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah terus mendorong proyek gasifikasi atau mengolah batu bara kalori rendah menjadi Dimethyl Ether (DME) untuk menggantikan liquefied petroleum gas (LPG).

Direktur Puskepi dan Pengamat Gas, Sofyano Zakaria mengatakan proyek gasifikasi (DME) akan memberi dampak positif bagi lingkungan ketimbang penggunaan langsung batu bara, misalnya pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

BACA JUGA: PLN Kelola 2.06 Juta Ton Limbah Batu Bara, Ini Hasilnya

"Di samping itu gasifikasi batu bara yang akan mengolah sebanyak 6 juta ton batu bara per tahun untuk diproses menjadi 1,4 juta ton DME ini, mampu membantu mengurangi impor LPG sebanyak lebih dari 1 juta ton per tahun," ujar Sofyano.

Menurut Sofyano, dengan adanya proyek gasifikasi sudah tentu memberi manfaat besar bagi perekonomian karena akan mampu mengurangi impor elpiji dan tentunya ini juga akan memperbesar ketahanan energi nasional.

BACA JUGA: Setoran Pajak PT Timah Capai Rp 1,51 Triliun

Meski begitu, Sofyano mengingatkan agar proyek gasifikasi jangan terlalu mengandalkan investor internasional karena produk DME belum menjadi energi alternatif dunia.

Mengingatkan proyek DME masih sangat butuh dukungan dari pemerintah.

BACA JUGA: Era Batu Bara Lambat Laun akan Tergantikan dengan Energi Terbarukan

"Pemerintah perlu memberi dukungan penuh, termasuk dengan mengerahkan dukungan BUMN untuk mewujudkannya," seru Sofyano.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia menyebukan DME merupakan barang baru di dunia penambangan.

Meski begitu, Indonesia bisa menjadi pionir, dalam hal ini bersama dengan Tiongkok.

"Dengan memulai proyek gasifikasi batu bara, Indonesia bisa menjadi negara pionir bagi negara lain yang belum memulai proyek gasifikasi batu bara," jelas Hendra.

Di luar China, Indonesia bisa jadi pionir, sehingga proyek ini sangat patut didukung.

Terlebih, Hendra mengungkapkan harga komoditas batu bara yang masih tinggi juga menjadi tantangan bagi perusahaan untuk memulai proyek gasifikasi batu bara.

"Ini menjadi sulit apalagi kondisi harga komoditas batu bara sedang tinggi-tingginya. Jangan dilupakan funding, pendanaan, proyek batu bara termasuk gasifikasi ini semakin sulit, sehingga keekonomian jadi tantangan. Ini jadi evaluasi bersama," sebutnya.

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengingatkan untuk lebih berhati-hati dalam feasibility study proyek DME.

Pasalnya, ada kekhawatiran gasifikasi batu bara akan memperpanjang umur ketergantungan terhadap tambang batu bara atau fosil.

"Jangan sampai ujungnya tetap penugasan ke BUMN dan membuat risiko jangka panjang APBN terhadap ketergantungan subsidi energi batu bara," tegas Bhima.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler