jpnn.com - BOGOR – Wabah penyakit hepatitis sedang melanda lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB), sejak sepekan lalu (7/12). Selain penyakit hati, beberapa di antaranya juga menderita campak, tifus dan demam tinggi.
Informasi itu berawal dari pesan berantai di aplikasi WhatsApp yang mengatasnamakan mahasiswa IPB bernama Casey. Pesan itu menyebut mahasiswa yang meninggal dunia atas nama Senna, dari Fakultas Kehutanan IPB, angkatan 49. Berawal dari campak, Senna sempat dirawat empat hari di RS Karya Bakti Pertiwi.
BACA JUGA: Wow.. Biaya Bangun Rusun Pasar Rumput Nyaris Rp 1 Triliun
“Tubuh Senna menghitam dan bengkak. Pelayanan rumah sakit yang tragis dan kurangnya biaya dari pihak keluarga, bikin Senna terpaksa dibawa pulang ke Medan,” ungkap pesan tersebut, seperti diberitakan Radar Bogor (grup JPNN), Kamis (10/12).
Pesan itu juga menyebut masih banyak lagi mahasiswa yang tertular hepatitis.
Benar saja, informasi yang dihimpun Radar Bogor, sedikitnya 17 mahasiswa kini meringkuk sakit. Mereka harus mendapat perawatan serius di sejumlah rumah sakit. Di antaranya RS Karya Bhati Pratiwi (KBP), RS Media Dramaga dan RS Islam Pondok Kopi. Untuk mahasiswa yang menderita hepatitis akut mendapatkan rujukan ke RS PGI Cikini, Jakarta Pusat. Sementara sebagian yang telah siuman memilih rawat jalan di rumah atau di tempat kos.
BACA JUGA: Empat Hari Sebelum Jatuh, Ada yang Berkarat di Lift PT Nestle
“Awalnya berasa lemas dan mual. Tapi semakin lemas, sampai dilarikan ke rumah sakit,” tutur mahasiswa Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) IPB, Ari Wakhid Subekti ditemui wartawan koran ini di ruang 104, lantai empat, RS Medika Dramaga, Rabu (9/12) kemarin.
Mahasiswa IPB angakatan 49 itu mengaku tidak tahu awal mula terserang hepatitis. Gejala itu dirasakannya timbul sejak sepekan lalu, tanpa sebab yang jelas. “Setelah dibawa ke sini (rumah sakit), kata dokter saya kena Hepatitis A,” ungkapnya.
BACA JUGA: Duh, Dua Korban Tewas Jatuhnya Lift Pt Nestle Alami Patah-patah
Berdasarkan diagnosa dokter, pola makan Ari tidak teratur dan tidak memperhatikan kebersihan. Ari mengakui terbiasa makan di warung sekitar kampus. “Banyak anak IPB yang kena, malah kata dokter kami makan di tempat yang sama, karena bukan teman satu fakultas juga yang kena,” kata Ari.
Sementara itu, Kepala Biro Hukum, Promosi dan Humas IPB, Yatri Indah Kusumastuti mengaku baru mendapat kabar ini pada Selasa (8/12) malam lewat broadcast Whatsapp dari mahasiswanya. Dan kemarin (9/12) pagi, pihaknya pun langsung mengusut kasus ini. Hasilnya, ada beberapa langkah IPB untuk mencegah dan mengatasi kasus hepatitis terbesar ini.
“Kasus ini yang pertama dan jumlahnya agak besar. Kami juga agak kaget,” seru Yatri.
Wanita berhijab ini mengungkapkan, mahasiswa IPB yang menderita penyakit-penyakit ini dari latar belakang fakultas, departemen, semester, dan angkatan yang beragam. Sebagai respons atas kasus ini, serangkaian langkah pun dilakukan untuk mencegah dan mengatasi meluasnya penyakit tersebut.
Yang pertama, membentuk kelompok kerja (pokja) pencegahan dan penanggulangan wabah hepatitis di lingkungan kampus IPB. Pokja tersebut terdiri dari unit-unit kerja terkait di IPB seperti, Seafast Center, Fakultas Kedokteran Hewan, Departemen Gizi Masyarakat, Direktorat Pengembangan Bisnis, Direktorat Kemahasiswaan, Poliklinik IPB, Biro Umum, Organisasi Kemahasiswaan IPB, Biro Hukum, Promosi dan Humas.
Tiap-tiap unit kerja tersebut masing-masing membidangi aspek terkait, yaitu keamanan makanan (food safety), zoonosis dan kesehatan masyarakat, gizi, pengelolaan kantin di lingkungan IPB dan sekitarnya, kesejahteraan mahasiswa, kuratif, kebersihan lingkungan kampus dan informasi komunikasi. Yatri menjelaskan, hal ini semua dilakukan tak hanya untuk penanggulangan kasus jangan pendek ini saja, tetapi untuk jangka panjang pula.
“Lalu, kami juga berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten Bogor untuk tindak lanjut secara komprehensif. Dan ketiga, secara khusus, Poliklinik IPB akan melakukan langkah-langkah koordinatif untuk penanganan kasus ini,” ujar Yatri.
Lebih lanjut, untuk belasan mahasiswa IPB yang terjangkit hepatitis, Yatri menegaskan pihak kampus akan menanggung biaya pengobatannya. Dana yang dipakai adalah dana penyangga mahasiswa. Berapa nominalnya, Yatri enggan menyebutkan.
Untuk mahasiswa yang saat ini hanya dirawat di rumah atau kos, Yatri menegaskan harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang intensif. Untuk itu, pimpinan IPB dan direktur kemahasiswaan sedang menggerakkan komponen kemahasiswaan seperti BEM universitas dan BEM fakultas akan mendata siapa saja mahasiswa IPB yang terkena penyakit hepatitis dan penyakit lainnya.
“Kalau nanti ada datanya, tentu akan kami dorong ke rumah sakit. Jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan. Apalagi ada yang orangtuanya jauh dari mereka, ada yang di luar Bogor dan sebagainya,” tukasnya. (izo/rub/dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Pernyataan Pihak Nestle Soal Tragedi Lift Terjun Bebas
Redaktur : Tim Redaksi