Gaya Menarik Ketua MPR Bicara di Depan Mahasiswa UNS

Jumat, 25 November 2016 – 15:33 WIB
Ketua MPR Zulkifli Hasan di acara Stadium General di Fakulitas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, Jumat (25/11). Foto: Restu Fajri Muchtar/Humas MPR

jpnn.com - SOLO - Ketua MPR Zulkifli Hasan menjadi pembicara Stadium General yang dihadiri ratusan mahasiswa Fakulitas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, Jumat (25/11).

Pak Zul, begitu dia biasa disapa, berbicara dengan gaya santai namun serius, di acara bertema Perekonomian Indonesia dalam Bingkai Empat Pilar Kebangsaan itu.

BACA JUGA: Dua Jempol! Kemenhub Optimalkan 3 Pangkalan TNI AU untuk Pariwisata

Setelah memaparkan kondisi kesenjangan ekonomi yang terjadi saat ini, disertai angka-angka riil, Zul mulai memasukkan materi soal nilai-nilai kebangsaan.

Dia tampil dengan gaya dialogis, tidak monoton satu arah. “Apa itu NKRI?” tanya Zulkifli kepada para mahasiswa.

BACA JUGA: Ketua MPR: Demokrasi Politik Kita Hebat tapi...

“Negara Kesatuan Republik Indonesia,” jawab para mahasiswa, kompak.

“Bukan itu jawabannya. Itu kepanjangan dari NKRI,” kata Zul, disahut tawa hadirin.

BACA JUGA: Kursinya Digoyang Novanto, Akom Temui Megawati

Lantas, dia memberikan contoh nyata implementasi NKRI. Joko Widodo dulunya adalah walikota Solo. Tapi, lanjut Zul, Pak Jokowi bisa maju sebagai calon gubernur DKI di pilkada 2012 silam.

“Orang Jakarta boleh gak menjadi wali kota Solo?” tanya Zul, dijawab “boleh” oleh para mahasiswa.

“Ya, itulah NKRI,” kata Pak Zul. Orang Solo juga boleh merantau ke Sulawesi, misal untuk menjadi petani sawit di sana. “Itulah NKRI,” imbuhnya lagi.

Begitu juga saat menjelaskan makna Bhinneka Tunggal Ika, Zulkifli juga menyampaikan dengan cara enak.

“Kalau sama, bukan Indonesia namanya,” cetusnya.

Dia membuat ilustrasi. Misal orang Aceh menggunakan bahasa Aceh saat berbicara dengan orang Batak yang juga menggunakan bahasa Batak, maka tidak akan nyambung.

Tapi begitu percakapan dua warga beda suku dan budaya itu menggunakan Bahasa Indonesia,  maka menjadi nyambung.

“Kalau sama, bukan Indonesia lagi namanya,” kata Pak Zul, politikus asal Lampung itu. (sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lihat! Densus 88 Bersenjata Lengkap Kawal Jumpa Pers Teroris Majalengka


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler