jpnn.com - SOLO - Ketua MPR Zulkifli Hasan mengatakan, praktik berdemokrasi di Indonesia sudah sangat bagus.
Dia memberi contoh, saat pilres 2014 yang diikuti dua pasangan capres-cawapres, sempat muncul kekhawatiran Indonesia akan terbelah menjadi dua blok.
BACA JUGA: Kursinya Digoyang Novanto, Akom Temui Megawati
“Ternyata tidak, baik-baik saja. Tidak ada yang terluka. Bahkan Pak Jokowi dan Pak Prabowo baru-baru ini naik kuda,” ujar Zulkifli Hasan saat hadir sebagai pembicara utama Sidang Pleno Ke-11 Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (Efebi) di Solo, Jawa Tengah, Jumat (25/11).
Begitu pun, pilkada serentak gelombang pertama pada 2015 yang diikuti 269 daerah, atau sekitar separoh jumlah kabupaten/kota di Indonesia.
BACA JUGA: Lihat! Densus 88 Bersenjata Lengkap Kawal Jumpa Pers Teroris Majalengka
“Juga tak ada yang terluka, damai aman. Meski warga beda pilihan, usai nyobolos, ngopi bareng,” ujar Zulkifli di hadapan ratusan peserta dari 76 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Kampus PTN yang ada di Indonesia.
Hal itu, menurutnya, membuktikan bahwa demokrasi politik di Indonesia sudah sangat luar biasa. Yang jadi masalah adalah demokrasi ekonomi.
BACA JUGA: Anak Buah Prabowo Sebut Isu Makar Terlalu Dibesarkan
“Demokrasi politik, rakyatnya bisa sejahtera kalau diikuti demokrasi ekonomi,” ujarnya.
Nah, lanjutnya, saat ini yang terjadi adalah adanya kesenjangan yang lebar karena belum tercapainya demokrasi ekonomi. Kekayaan alam yang ada di Indonesia, belum dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Dia memberi contoh, sekitar 97,6 persen atau 120 juta penduduk Indonesia yang menyimpan uangnya di di bank, itu tabungannya di bawah Rp 100 juta. Total tabungannya itu sekitar Rp 500 triliun.
Sementara 0,1 persen penduduk Indonesia itu tabungannya rata-rata di atas Rp 5 miliar. “Kalau dijumlah, mereka ini memiliki Rp 1.500 triliun. Jadi, 0,1 persen penduduk menguasai Rp 1.500 triliun. Di mana keadilan?," ungkap Zulkifli.
Fakta lain, luas daratan Indonesia yang mencapai 190 juta hektar, itu sekitar 175 juta atau 93 persennya dikuasai sekelompok orang pemilik modan dan asing. “Hanya 0,2 persen luas daratan yang ada dikuasai 56 persen penduduk Indonesia," tutur Zulkifli.
Dia juga menyebutkan, 180 juta lahan atau mencapai 35 persen daratan, sudah dikapling sebagai area pertambangan. “Rakyat hanya mendapatkan lingkungan yang rusak. Paling tinggi rakyat di situ jadi kuli pengangkut batu bara,” cetusnya.
Karenanya, Zulkifli berharap Sidang Pleno Ke-11 Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (Efebi) di Solo ini ikut memikirkan dan mencari solusi masalah kesenjangan ekonomi ini. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hasil DNA: Aryo Kiswinar Anak dari Mario Teguh!
Redaktur : Tim Redaksi