GComm Soroti Gaya Komunikasi Ketiga Capres Saat Debat Tidak ‘Membumi’

Selasa, 19 Desember 2023 – 17:55 WIB
Tiga capres (dari kiri) Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan di panggung debat perdana, Kantor KPU, Selasa (12/12) malam. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Debat calon Presiden (capres) tahap pertama telah rampung dilaksanakan pada Selasa, 12 Desember 2023, di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta.

Debat tahap pertama mengusung tema penegakan hukum dan demokrasi, pemberantasan korupsi, dan hak asasi manusia.

BACA JUGA: Kepung Balai Kota Surakarta, Mahasiswa Tantang Gibran Debat, Berani, Bro?

Diketahui tiga capres telah ditetapkan resmi oleh KPU, yakni Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.

Dalam debat pertama, ketiga capres coba menyampaikan pemikirannya untuk Indonesia lima tahun ke depan.

BACA JUGA: Hasto Sebut Debat Capres Ungkap Watak Asli Prabowo, Jelas Tidak Mirip Jokowi

Kendati begitu, menurut CEO Konsultan Komunikasi Gcommunications (Gcomm) Andi Irman Patiroi, justru pada debat tahap pertama dari gaya komunikasi masing-masing capres justru terkesan ingin saling menjatuhkan dan merusak citra individu.

Andi menjelaskan dalam komunikasi yang paling utama adalah pemikiran yang ingin disampaikan kepada publik tersampaikan secara jelas dan mudah dipahami.

BACA JUGA: IKN dan Era Baru Pulau Kalimantan

Namun, ciri utama komunikasi itu tidak tampak pada ketiga capres saat debat tahap pertama.

“Ketiga capres secara komunikasi verbal malah menampakkan ego perorangannya. Seolah ingin menunjukkan bila saya paling bermutu dan ingin menjungkalkan lawan politiknya. Padahal itu dalam komunikasi politik juga tidak tepat,” ujar Andi, Selasa (19/12).

Andi mengatakan seharusnya ketiga capres berkomunikasi efektif dengan menjelaskan rinci apa saja turunan dari perspektifnya jika terpilih sebagai presiden sesuai materi debat tahap pertama.

Andi Irman menuturkan dengan pola komunikasi politik mencoba merusak sisi personal kompetitor politik justru dapat berakibat fatal merugikan diri capres bersangkutan, sebut saja salah satunya popularitas yang menurun.

“Sebenarnya tidak perlu diungkap aspek tentang kepentingan politik maupun tendensi kekuasaan yang ada. Berkomunikasi gaya itu dalam debat tidak akan menarik perhatian pemilih, malah bisa saja bumerang ke capres yang menyerang lawannya,” kata Andi.

Sisi lainnya yang disoroti Andi ialah tidak sistematis dan sulitnya gaya komunikasi ketiga capres mengungkapkan visi misinya jika terpilih pada Pilpres 2024.

Dia menilai kalimat komunikasi yang disampaikan ketiga capres terlalu ‘melangit’.

Padahal, tambah Andi, mayoritas pemilih di Indonesia adalah kelompok menengah yang dalam kesehariannya kerap berinteraksi dengan kalimat sederhana dan mudah dicerna.

Dengan gaya penyampaian komunikasi begitu maka masyarakat akan kesulitan memahami apa keunggulan masing-masing capres.

Andi menyarankan untuk debat tahap selanjutnya sebaiknya ketiga capres lebih mendekati pola komunikasi yang lebih humanis dan merakyat sehingga menciptakan argumentasi menarik bagi masyarakat.

“Tidak perlu harus mengeluarkan kalimat-kalimat terlalu ilmiah dan bombastis, cukup yang cepat dapat dipahami publik. Asal esensinya tepat sesuai materi diberikan KPU. Pemilih itu hanya ingin pemimpin yang logis visi misinya dan itu bisa digambarkan melalui pola komunikasi,” kata Andi Irman. (rhs/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Stafsus Presiden Jokowi: Jangan Lupa Pilih Pak Ganjar, Ya


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler