jpnn.com, JAKARTA - Gebrakan-gebrakan yang dilakukan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini dinilai mempunyai efek dua sisi.
Menurut pengamat politik Ujang Komarudin, di satu sisi melahirkan efek positif, masyarakat menilai langkah yang diambil sangat tepat.
BACA JUGA: Bu Risma akan Ubah Kendaraan Bekas di Kemensos Jadi Ambulans dan Mobil Jenazah
Sementara di sisi lain, juga tak bisa dipungkiri melahirkan efek negatif, di mana ada sebagian masyarakat yang menilai gebrakannya hanya sebuah langkah pencitraan, demi elektabilitas.
"Saya kira blusukan itu memang gaya dia. Namun, di DKI Jakarta sepertinya menjadi kontraproduktif," ujar Ujang kepada jpnn.com, Senin (18/1).
BACA JUGA: Lihat Baik-baik, Ini Terduga Pembunuh Dwi Farica Lestari, Ada yang Kenal?
Dosen di Universitas Al Azhar Indonesia ini menilai kontraproduktif, karena saat turun ke bawah Risma tidak berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yang dipimpin Gubernur Anies Baswedan.
"Akibatnya, Anies saya kira merasa tersinggung, lalu kemudian muncul saling bully di media sosial antara yang mendukung Risma dengan yang mendukung Anies," ucapnya.
BACA JUGA: Letkol Yudi Rombe Sudah Menghubungi Bupati, Segera
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini memprediksi, langkah Risma rajin turun ke bawah menyapa tuna wisma, dinilai positif oleh masyarakat terutama yang berasal dari kelompok menengah ke bawah.
Namun untuk kalangan menengah ke atas, apa yang dilakukan Risma kemungkinan dinilai sebagai pencitraan demi elektabilitas.
"Pilkada DKI maupun Pilpres 2024 memang masih jauh, tetapi masyarakat tentu punya pandangan sendiri tentang apakah gebrakan yang dilakukan seseorang itu sebagai pencitraan, atau benar-benar bekerja. Tidak bisa dipaksakan, karena yang namanya penilaian tergantung masing-masing orang untuk menilai," katanya.
Risma diketahui melakukan sejumlah gebrakan sejak diangkat sebagai Menteri Sosial oleh Presiden Joko Widodo.
Risma beberapa kali blusukan menyapa para tunawisma. Langkahnya tersebut kemudian memunculkan perdebatan di media sosial.
Sebagian masyarakat mendukung, namun tak sedikit pula yang menilai gebrakannya sebagai sebuah pencitraan.(gir/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Ken Girsang