jpnn.com, JAKARTA - Pengamat ekonomi dan perbankan Eko B Supriyanto menyayangkan pernyataan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Agung Firman Sampurna, yang mengumumkan nama tujuh bank yang tidak diawasi dengan baik oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Pernyataan tersebut dinilai terlalu lebay. Eko mengatakan dalam masa krisis saat ini perbankan merupakan jantung perekonomian bangsa.
BACA JUGA: Asuransi Jasindo Lakukan Restrukturisasi Kredit Perbankan
Untuk itu semua pihak perlu menjaga stabilitas, bukan malah membuat efek buruk terhadap sistem perbankan Indonesia.
"Semua pihak setidaknya harus menjaga agar tidak celometan dalam memberi komentar miring mengenai bank. Jangan sampai penyataan disalah persepsikan oleh public. Adalah hak BPK untuk mengumumkan hasil itu, namun harusnya tidak memberi highlight nama 7 bank yang bisa menimbulkan persepsi yang berbeda di masyarakat," ujar Eko dalam keterangannya, Rabu (13/5).
BACA JUGA: BPK Dinilai Blunder Karena Mengumumkan Kinerja Tujuh Bank
Menurut Eko, sebuah bank berbeda dengan rumah sakit, atau perusahaan di sektor riil. Pasalnya, kepanikan satu bank akan menimbulkan kepanikan pada bank lain.
Dia menuturkan, efek pengungkapan nama-nama bank ke publik akan membuat nasabah gelisah, meski kondisi bank-bank yang disebut BPK itu sudah berbeda dari temuan BPK antara 2017-2019.
BACA JUGA: Hasil Pemeriksaan Tematik BPK, Masih Banyak Masalah Keuangan
"Bisa jadi bank-bank itu tidak seperti yang digambarkan dari temuan BPK. Persepsi publik inilah yang harus dijaga, karena begitu BPK mengumumkan ketujuh bank tersebut terkait pengawasan OJK, sontak industri perbankan seperti tersulut api. Para direksi bank yang disebut sibuk menjawab pertanyaan nasabah dan juga media," ungkapnya.
Eko mengakui krisis kali ini berbeda dengan krisis-krisis sebelumnya. Namun yang namanya perilaku pemilik uang tetap sama.
Menurut Eko, jangan sampai Covid-19 ini menyerang bank lebih cepat hanya karena kebanyakan komentar yang tidak jelas. Persoalan fligft to quality ini sedang menunggu momentum untuk bergerak. Siklus krisis Covid-19, krisis keuangan, krisis sosial dan terakhir krisis politik.
"Kita semua harus menjaga agar tidak sampai masuk ke krisis keuangan. Jika toh harus kena, tapi tidak seperti menghancurkan seperti pada 1998 lalu," tandas dia.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy