jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jendral MPR RI Ma'ruf Cahyono membuka acara penyuluhan kesehatan jantung di ruang GBHN, Kompleks Parlemen DPR/MPR/DPD, Senayan, Jakarta, Senin (23/10).
Acara tersebut ditujukan bagi unit kerja Sekjen MPR dan Dharma Wanita Sekjen MPR.
BACA JUGA: HNW: Santri Berperan Besar Memerdekakan Indonesia
Menurut Ma'ruf, penyuluhan dengan tema Penunjang Bantuan Hidup Dasar Untuk Awam itu sangat penting karena menyangkut organ paling vital.
Apalagi, dari tahun ke tahun, orang yang terkena serangan jantung dan gagal jantung terus meningkat.
BACA JUGA: Ketua MPR Minta Hentikan Saling Hujat
"Tugas di MPR tidak hanya menyangkut kesehatan fisik, melainkan juga nonfisik. Yakni, psikis. Orang sering mengalami sport jantung dan stres terkait pelayanan aktivitas dan lingkungan kerja. Kita harus tahu bagaimana tindakan preventif dan antisipasinya seperti apa," kata Ma'ruf.
Sementara itu, spesialis jantung dari divisi rawat internsif dan kegawatan kardiovaskular Pusat Jantung Nasional RS Harapan Kita Dian Zamroni mengatakan, serangan jantung bisa terjadi pada semua orang.
BACA JUGA: Ketua MPR Zulkifli Hasan Bicara Nasionalisme Zaman Now
"Tidak tergantung usia, postur tubuh atau jenis kelamin," kata staf pengajar departemen kardiologi dan kedokteran vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Lelaki berisiko lebih tinggi sakit jantung ketimbang perempuan. Sebab, hormon estrogen yang dimiliki perempuan akan memproteksi jantung dan pembuluh darah.
Dia mengatakan, jantung memompa darah ke seluruh tubuh tanpa jeda atau istirahat.
Manusia tidak bisa mengendalikan jantung yang beratnya hanya 300 gram dan berdetak 100 ribu kali per hari.
Menurut Dian, ada perbedaan antara henti jantung dan serangan jantung.
Henti jantung karena ada gangguan pada irama jantung. Penderitanya tiba-tiba pingsan, nadi dan napas tidak ada.
Penyebabnya, jantung koroner dan pembesaran jantung karena adanya penyumbatan pada jantung.
Sedangkan serangan jantung terjadi penyumbatan akut pada pembuluh darah koroner sehingga jantung bisa terhenti sewaktu-waktu.
Dia juga membeberkan beberapa gejala serangan jantung.
Di antaranya, dada nyeri seperti ditindih, diremas atau ditusuk-tusuk, mirip gejala masuk angin.
"Kebiasaan yang dilakukan, dikerok sampai kehitaman, lalu minum anti-tolak angin, pakai selimut dan tidur. Keesokan harinya sudah tidak bangun lagi dan meninggal," kata Dian.
Untuk mengatasi hal itu, seseorang sebaiknya jangan panik dan tetap tenang. Pasien jangan terlalu banyak bergerak, jangan batuk, jangan ngeden dan minum obat isosorbide dinitrate (ISDN) atau obat yang diletakkan di bawah lidah untuk merelaksasi pembuluh darah.
"Waktu 3- 4 menit ini harus diupayakan untuk pertolongan pertama berupa resusitasi jantung paru. Yakni, tindakan kompresi dada dan pemberian napas buatan sampai adanya bantuan pertolongan pertama datang ke rumah," kata Dian.
Ada empat mata rantai yang harus dilakukan. Yakni, kecepatan minta bantuan, resusitasi jantung serta paru, defibrilasi alat AED (simulator detak jantung portable menggunakan listrik), dan pertolongan hidup lanjutan. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua MPR: Agama dan Nasionalisme Saling Melengkapi
Redaktur : Tim Redaksi