jpnn.com, JAKARTA - DPP PDI Perjuangan menggelar Pendidikan Kader Nasional (PKN) di Gedung Sekolah Partai, Kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Senin (15/11).
Pelaksanaan PKN itu diharapkan mampu meningkatkan kualitas kepemimpinan kader.
BACA JUGA: Analisis Arya CSIS Soal Peluang Ganjar dan Puan Diusung PDIP di Pilpres 2024
"Sekarang momentum bagi kami untuk terus meningkatkan kualitas kepemimpinan kader-kader partai agar ideologis dan memiliki kemampuan teknokratis," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto membuka PKN, Senin (15/11).
"Agar mumpuni, mempunyai kepekaan terhadap lingkungan, agar punya tanggung jawab terhadap sosial, dan sekaligus mempunyai energi pergerakan dalam membangun political network."
BACA JUGA: Reuni Akbar 212 Bukan Sekadar Nostalgia, Ada Misi Bubarkan PDIP
Hasto melanjutkan partai juga membangun kesadaran kader untuk terus bergerak ke bawah serta memahami dinamika kehidupan masyarakat. Kader PDIP juga dituntut mencari solusinya.
"Berbagai kesadaran ini harus kami bangun selama kaderisasi. Syaratnya adalah kedisiplinan dari peserta," ujar dia.
BACA JUGA: 68 Narapidana Tewas, Penjara Banjir Darah, Mengerikan!
Politikus asal Yogyakarta itu menerangkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri juga diagendakan memberikan pengarahan kepada peserta PKN.
"Kami akan mendengar bersama arahan dari ketua umum kami, Ibu Megawati sekaligus membuka kaderisasi tingkat nasional ini pada pukul 15.00 WIB nanti," kata dia.
Hasto didampingi sejumlah Ketua DPP PDIP seperti Djarot Saiful Hidayat, Komaruddin Watubun, Hamka Haq, dan Ketua Badiklatpus Daryatmo Mardiyanto. Sejumlah Ketua DPP PDIP lainnya mengikuti secara daring.
Dia menerangkan tujuan PKN ialah kaderisasi yang membangun aspek kepemimpinan yang baik agar mereka bisa bertugas dengan benar di partai, eksekutif, legislatif, maupun di lembaga sosial kemasyarakatan.
Di dalam PKN, peserta akan belajar dan ditanamkan sikap tentang pentingnya disiplin, pemahaman terhadap sistem dan teori politik, sejarah perjuangan bangsa, dan potensi ancaman negara.
“Itu menjadi sejumlah materi yang akan disampaikan di PKN, selain hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan partai berdasarkan Trisakti Bung Karno," imbuh Hasto.
Selain itu, Hasto menuturkan sial sejarah partai di mana selama 32 tahun Orde Baru, PDI hanya menjadi ornamen demokrasi.
Hal itu juga pernah disebut eks Sekjen PDI periode 2000-2005 Soetjipto Soedjono.
"Sebagai ornamen demokrasi tentu saja kami tidak diberikan ruang sebagai partai politik yang menjalankan fungsi rekrutmen atau kaderisasi. Selama 32 tahun, hanya satu kali kaderisasi di tingkat nasional. Itulah ketika menjadi ornamen demokrasi," jelas Hasto.
Alumnus UGM itu menyatakan setiap kongres partai selalu ada intervensi kekuasaan.
Namun hebatnya, di tengah-tengah intervensi kekuasaan itu, muncul kesadaran dari tokoh-tokoh senior PDI yang menegaskan pentingnya konsolidasi ideologi.
"Kami tak mampu melawan kekuasaan yang sangat otoriter itu, maka yang kami lawan nilai-nilai keharmonian yang dikeramatkan oleh Pak Harto."
"Terbukti atas intervensi yang dilakukan presiden, para menteri di bidang politik, Panglima ABRI hingga struktur pemerintahan yang paling bawah tidak mampu meredam konflik yang berasal dari intervensi kekuasaan mereka sendiri."
Hasto menerangkan PDIP memiliki sejarah yang panjang. Dalam sejarah itu, modal PDIP adalah persatuan dengan rakyat.
"Jadi, kaderisasi ini baru berhasil apabila seluruh peserta memiliki daya juang untuk menyatu dengan rakyat," pungkasnya. (tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Konon Ketenangan PDIP Bikin Partai-Partai Lain Ketakutan
Redaktur : Rasyid Ridha
Reporter : Fathan Sinaga