Gelombang Tinggi, Jangan Melaut Selama Dua Hari

Rabu, 26 September 2018 – 18:13 WIB
Gelombang tinggi menerjang. Foto: JPG/Pojokpitu

jpnn.com, SURABAYA - Nelayan di wilayah Jawa Timur diminta tidak melaut selama dua hari mulai besok, Kamis (27/9).

Itu disampaikan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya (DKPP) dalam kegiatan sosialisasi keselamatan nelayan di TPI Romokalisari.

BACA JUGA: 14 Rumah Rusak Diterjang Angin Puting Beliung di Kerinci

Nelayan diminta lebih berhati-hati lantaran gelombang tinggi akan terjadi di Selat Madura.

Dalam sosialisasi tersebut, DKPP bekerja sama dengan BPB linmas serta Badan Meteorologi, Klimatalogi, dan Geofisika (BMKG) Maritim Perak Surabaya.

BACA JUGA: Sejumlah Pohon Tumbang Usai Hujan Lebat Guyur Medan

Ada beberapa yang harus diperhatikan para nelayan sebelum berangkat mencari ikan. Salah satunya adalah kondisi ombak dan cuaca.

Ady Hermanto, prakirawan BMKG Maritim Perak Surabaya, mengungkapkan, gelombang tinggi di Selat Madura diperkirakan terjadi pada Kamis dengan ketinggian 1-1,5 meter.

BACA JUGA: BMKG Ingatkan Wisatawan Waspada pada Rip Current

Gelombang tinggi diperkirakan terjadi selama dua hari, yaitu pada 27 dan 28 September. Gelombang normal terjadi pada 29 September. Namun, gelombang akan kembali tinggi pada 30 September.

''Kalau normal, biasanya tinggi gelombang sekitar 0,5 meter,'' jelasnya.

Gelombang tinggi terjadi lantaran kecepatan angin di Selat Madura berkisar 15 hingga 30 knot.

Kecepatan angin tersebut diprediksi dengan menggunakan peta streamline, termasuk mengidentifikasi adanya awan yang dapat memicu badai.

Selain memicu ombak tinggi, angin itu mengakibatkan arus di Selat Madura menjadi kuat.

Hal tersebut sangat membahayakan bagi nelayan yang perahunya berkapasitas di bawah 3 gross tonnage.

Sementara itu, Kepala Bidang Perikanan dan Kelautan DKPP Aris Munandar menyatakan, selain melarang nelayan melaut, kegiatan tersebut bertujuan memberikan wawasan kepada nelayan.

Terutama tentang keselamatan saat di laut, termasuk bagaimana menghadapi cuaca buruk di tengah laut.

Ada beberapa yang harus diperhatikan. Salah satunya perlengkapan keamanan yang harus selalu dibawa nelayan, seperti pelampung.

Selain itu, alat komunikasi atau SOS harus selalu ada di perahu mereka. Alat itu bisa digunakan ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

''Dari BPB linmas juga menekankan untuk hubungi 112 jika ada sesuatu di tengah laut,'' ucapnya.

Tahun ini DKPP juga akan memasang videotron di tiga titik, salah satunya di Tambak Osowilangun.

Videotron tersebut akan memberikan informasi prakiraan cuaca dan gelombang laut pada hari itu.

Sodik, salah seorang nelayan Romokalisari, mengaku sudah tahu soal gelombang tinggi dan memutuskan untuk tidak melaut.

Menurut dia, selain gelombang dan arus yang cukup kuat, para nelayan di sekitar Tambak Osowilangun sangat khawatir akan adanya reklamasi laut.

Sebab, beberapa perahu nelayan sering pecah terkena batu di area reklamasi saat gelombang tinggi.

Dia menambahkan, di tengah laut, perahu nelayan sering tertabrak oleh kapal tongkang saat cuaca sedang buruk.

Menurut dia, banyak kapal tongkang yang parkir sembarangan sehinggga saat arus kuat banyak kapal yang terbentur.

''Ukuran perahu kami kecil, sedangkan tongkang segitu besarnya,'' ujarnya. (omy/c17/any/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nakhoda Harus Bawa Kapal Berlindung di Lokasi Aman


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler