Gembong Primadjaja: Tak Mungkin Radikalisme Bisa Nyaman di Indonesia

Selasa, 16 Februari 2021 – 18:36 WIB
Mantan Sekjen IA ITB periode 2016-2020 Gembong Primadjaja. Foto: dokumen pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Calon Ketua Umum Ikatan Alumni ITB (IA ITB) Gembong Primadjaja menyoroti masalah pluralisme dan radikalisme yang belakangan menuai sorotan di Indonesia. 

Menurut dia, pluralisme sudah menjadi bagian dari kebangsaan Indonesia. Pluralisme berhasil dibingkai ke dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika dan mampu membawa Indonesia menjadi negara yang demokratis dan beradab.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Bu Mega Kecolongan 2 Kali, Jenderal Ini Siap Pasang Badan, Pak Ganjar Ungkap Sejumlah Kabar

“Dengan menjunjung tinggi prinsip pluralisme, saya meyakini rasanya tak mungkin radikalisme bisa hidup dengan nyaman di Indonesia,” kata Gembong dalam keterangan resminya, Selasa (16/2).

Terkait radikal, Gembong coba menarasikan kata tersebut ke sisi positif. Ia mencontohkan dirinya juga radikal dalam mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. 

BACA JUGA: Katanya Junjung Pluralisme, Kenyataannya?

Begitu pula dengan proses pembelajaran di ITB, yang menurut Gembong juga radikal dalam mendidik para mahasiswa agar kelak bisa berperan bagi kemajuan bangsa.

Pernyataan Gembong soal radikalisme ini menyikapi kehebohan yang terjadi beberapa hari belakangan, yang dipicu oleh Gerakan Anti-Radikalisme (GAR) Alumni ITB. 

BACA JUGA: Jaga Pluralisme, Caketum IA ITB Serukan GAR ITB Menahan Diri

“Perbedaan persepsi di kalangan alumni ITB menjadi PR untuk bisa dijembatani. Harus ada orang yang punya waktu cukup untuk menngurus IA ITB, agar pihak-pihak yang berbeda persepsi itu bisa saling menjalin interaksi dan komunikasi,” ujar dia.

Gembong mengaku tidak pernah diajak untuk bergabung dengan gerakan tersebut. Dia mengajak pihak-pihak yang berbeda pandangan untuk menahan diri supaya kondisinya bisa mendingin dan lebih kondusif.

Gembong juga menyoroti kiprah para alumni dari perguruan tinggi terkenal di dunia. Menurutnya, alumni perguruan tinggi top dunia itu lebih banyak mendiskusikan cara pengembangan ekonomi, industri, sains, dan teknologi.

“Saya berharap, IA ITB, sesuai AD/ART, ke depan lebih banyak membangun diskursus pengembangan sains, teknologi, seni, dan kemasyarakatan. Jadi, para alumni tidak lagi lebih banyak berdiskusi soal politik,” tutur di.

Sekjen IA ITB periode 2016-2020 ini juga mengajak para alumni ITB untuk bersatu dan memberikan kontribusi untuk memajukan bangsa. 

Gembong juga menaruh perhatian besar kepada kesejahteraan para dosen ITB. Satu di antara program yang dijanjikan Gembong jika terpilih menjadi Ketua Umum IA ITB ialaj menyiapkan hunian yang layak bagi para dosen. 

“Ini program giving back kepada almamater. Dengan hunian yang layak dan nyaman, dosen muda yang belum beruntung memiliki tempat tinggal, bisa lebih fokus dalam mengajar,” kata dia.

Gembong menjanjikan hunian yang layak ini berkaca dari pengalamannya sebagai anak seorang dosen ITB. Alumni Teknik Mesin Angkatan 1986 ini merasa bahwa posisi yang ia dapatkan sekarang sebagai seorang pengusaha, banyak ditopang oleh berbagai fasilitas yang diberikan ITB kepada ayahnya sebagai dosen ITB. Salah satunya berupa rumah dinas yang layak.

Pemilihan Ketua Umum IA ITB akan dilaksanakan pada 27-28 Maret 2021. Ada delapan kandidat ketua umum, dari berbagai angkatan dan jurusan di ITB. (ast/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler