Gen Z Rentan Kena Serangan Gatal Akibat Cuaca & Polusi, Dokter Spesialis Beri Solusi 

Rabu, 22 November 2023 – 18:16 WIB
Gen Z sangat rentan kena serangan gatal akibat perubahan cuaca & polusi, para dokter spesialis kulit memberikan solusi. Foto Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Gen Z dengan rentang usia 13-27 tahun, merupakan kelompok rentan terkena serangan gatal. Hal ini karena Gen Z memiliki mobilisasi tinggi di tengah kondisi paparan cuaca dan polusi ekstrem. 

Manager Operation Klinik Pramudia Anthony Paul Christianmengatakan sebagai Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin yang terpercaya, Pramudia berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi seluruh pasien, salah satunya pasien Gen Z.

BACA JUGA: Hilangkan Rasa Gatal Akibat Gigitan Nyamuk dengan 8 Pengobatan Alami Ini

Pada kondisi cuaca ekstrem serta polusi yang berlebih saat ini, tidak jarang kondisi kulit pun bisa berubah apalagi Gen Z yang aktif melakukan kegiatan outdoor.

Secara medis, keluhan kulit gatal ini selain menurunkan kualitas hidup, bisa juga berkembang menjadi tanda timbulnya penyakit kulit lain seperti eksim dan dermatitis atopik.

BACA JUGA: Redakan Ruam dan Gatal dengan 7 Pengobatan Alami Ini

"Salah satu upaya yang kami berikan dalam mengatasi permasalahan ini adalah pengobatan yang komprehensif dan inovatif, serta  edukasi pencegahan penyakit oleh tim dokter spesialis kami kepada para pasien,” jelas Anthony Paul Christian, Manager Operation Klinik Pramudia dalam media briefing di Jakarta, Rabu (22/11).

Spesialis Dermatologi dan Venereologi Klinik Pramudia dr. Amelia Soebyanto, Sp.DV, menyatakan kulit gatal merupakan sensasi tidak nyaman pada kulit yang dirasakan seseorang dan menimbulkan keinginan untuk menggaruk. 

BACA JUGA: Polusi dan Udara Panas Picu Mata Kering, Begini Cara Mengatasinya

Gatal bisa dikatakan sebagai keluhan kulit terbanyak pada praktik dokter spesialis kulit dan kelamin, apalagi kondisi cuaca dan polusi ekstrem saat ini. Hal ini karena polusi secara langsung dapat merusak fungsi barier kulit yang berpengaruh terhadap kekambuhan beberapa penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya, seperti eksim atopik.

Eksim atopik sendiri, tambahnya, merupakan kelainan kulit di mana terdapat gangguan pada barier kulit dan diperparah dengan sensitivitas respons imun yang lebih tinggi terhadap bahan iritan. Faktor yang memperberat gejala eksim atopik ini yaitu adanya perubahan suhu, kelembapan, dan paparan sinar. 

“Selain eksim atopik yang juga ditandai dengan gatal, beberapa kelainan kulit yang bisa timbul dari cuaca dan polusi ini adalah jerawat, psoriasis, dan kelainan pigmentasi kulit seperti flek wajah maupun di tangan. Lebih bahayanya lagi, polusi juga bisa meningkatnya resiko kanker kulit,” terang dr. Amel.

Faktor cuaca dan polusi memainkan peran penting dalam mengakibatkan kulit gatal. Polusi sendiri dapat masuk ke kulit melalui penumpukan partikel polusi di permukaan kulit, dan diserap oleh folikel rambut dan kelenjar keringat. 

Beberapa di antaranya akan bersirkulasi dalam plasma yang kemudian masuk ke lapisan kulit yang lebih dalam. Lalu, polusi yang masuk ini kemudian menghasilkan radikal bebas yang akan menurunkan kemampuan antioksidan kulit baik secara enzimatik maupun non-enzimatik (vitamin E, vitamin C dan glutation). 

"Barier kulit yang rusak ini kemudian akan menyebabkan hilangnya air dalam jumlah banyak pada kulit. Kulit akan relatif lebih kering dan mudah mengalami peradangan dan menimbulkan keluhan gatal,” jelas dr. Amel.

Oleh karena itu, hal yang penting diperhatikan, apalagi bagi Gen Z yang sering melakukan kegiatan outdoor adalah pencegahan terhadap kulit gatal. Kerusakan kulit seperti gatal ini dapat dicegah dengan melakukan perawatan rutin pada kulit, di antaranya dengan rutin membersihkan kulit minimal 2 kali sehari dengan sabun yang lembut, meggunakan mosturizer dan tabir surya.

Jika perlu mengonsumsi suplemen yang sesuai dengan jenis dan tipe kulit penderitanya. Minum air putih akan membantu memberikan kelembapan terhadap kulit yang kering.

Selain itu, mengurangi paparan dengan polusi seperti mengurangi aktivitas di luar rumah dan menggunakan masker juga tidak kalah penting, sambungnya.

Spesialis Dermatologi Venereologi Klinik Pramudia dr. Eko Prakoso Wibowo, Sp.DV, menjelaskan lebih lanjut terkait kulit gatal yang kerap dialami oleh Gen Z.

Beberapa hal yang menjadi faktor seringnya Gen Z mendapatkan serangan gatal, pertama, karena di usia produktif Gen Z cenderung lebih aktif melakukan kegiatan outdoor, sehingga terpapar matahari dan polusi.

Kedua, gaya hidup yang kurang sehat seperti makan makanan cepat saji dan minuman manis. Ketiga, berkaitan dengan stres.

"Biasanya stres menjalani kehidupan sehari-hari, baik sekolah maupun pekerjaan, bisa juga memengaruhi waktu istirahat atau waktu tidur sehingga bisa memicu banyak permasalahan kulit yang diawali dengan gatal,” jelas dr. Eko.

Gatal sendiri, tambahnya, bukan hanya suatu kondisi yang tidak nyaman, namun juga merupakan salah satu gejala dari berbagai permasalahan kulit lainnya. Berbagai kelainan kulit yang sering dijumpai di klinik seperti eksim, infeksi jamur, dan akne vulgaris seringkali memunculkan gejala gatal. 

Dokter Eko mengungkapkan gejala gatal seringkali dicetuskan dan bertambah parah oleh kondisi tertentu, contohnya, cuaca panas dapat meningkatkan aktivitas kelenjar minyak sehingga menyebabkan kambuhnya eksim tipe seboroik. Iritasi debu serta stress berlebih dapat menyebabkan dermatitis atopik. 

"Beberapa jenis eksim lainnya seperti dermatitis kontak alergi dan neurodermatitis, juga diawali dengan gatal,” kata dr. Eko.

Dia menjelaskan penyakit lain yang erat hubungannya dengan iklim, yaitu infeksi jamur. Prevalensi infeksi jamur di Indonesia masih sangat tinggi karena berhubungan dengan iklim tropis dan kelembaban tinggi.

Terutama pada kelompok dewasa muda dan jenis kelamin laki laki. Aktivitas fisik yang tinggi, dan keringat yang berlebih, menyebabkan kulit menjadi lembab sehingga memundahkan pertumbuhan jamur. 

“Terkait infeksi jamur ini, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan misalnya memastikan pakaian dalam keadaan kering dan bersih, menghindari pakaian yang terlalu ketat dan pilihlah pakaian dengan bahan yang mudah menyerap keringat," ambahnya.

Pada gen Z, pengobatan akne vulgaris (jerawat) perlu kesabaran yang ekstra karena penyembuhannya termasuk jangka panjang. Kondisi polusi dan cuaca, serta keinginan untuk mencoba produk viral yang ternyata tidak sesuai dengan jenis dan kondisi kulit dapat memperparah pertumbuhan penyakit ini.

Selain itu, infeksi menular seksual juga merupakan penyakit yang perlu diperhatikan di kalangan gen Z. "Kasus yang sering dijumpai antara lain kutil kelamin, gonorea dan sifilis.” kata dr. Eko.

Dia mengungkapkan obat gatal yang biasa diberikan oleh dokter adalah obat golongan antihistamin. Terapi topikal dengan kandungan bahan kortikosteroid, urea, menthol, dll juga dapat mengurangi gejala gatal tersebut. Tentunya pemberian obat-obatan tersebut bergantung dari penyakit yang diderita pasien. 

Jika berbicara tentang Gen Z, ujarnya, tentu banyak tantangan dalam pelaksanaan terapi kulit gatal hingga penyakit kulit lainnya.

Tantangan pertama yaitu misinformasi, di mana mudahnya akses internet saat ini membuat Gen Z senang mencari tahu penyakitnya lewat browsing tanpa konsultasi pada dokter yang tepat. Hal ini kemudian memicu self-medication yang belum tentu aman. Pada akhirnya penyakit tidak sembuh dan menimbulkan stres. 

"Intinya penting bagi Gen Z untuk lebih aware pada kondisi kulit gatal dan segera memeriksakan ke dokter SpKK yang tepat,” pungkasnya. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler