Genjot Tiga Sektor untuk Dongkrak Pertumbuhan

Sabtu, 09 Juli 2016 – 18:16 WIB
Danau Toba, salah satu destinasi wisata yang akan digenjot pengembangannya. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Pembangunan sejumlah proyek infrastruktur di berbagai wilayah di Indonesia menjadi salah satu andalan program pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Namun, pemerintah menyadari bahwa proyek-proyek infrastruktur itu tidak memberikan daya dorong signifikan bagi laju pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

BACA JUGA: Duh, Pak Kades Hambat Pembangunan Rumah Subsidi

Efek pembangunan infrastruktur tersebut baru bisa dirasakan beberapa tahun mendatang. Sebagaimana diwartakan, dalam APBNP 2016, pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi di angka 5,2 persen.

’’Investasi infrastruktur itu ada. Pengaruhnya terhadap penerimaan nasional adalah realisasi investasi setahun. Jadi, itu nanti baru tahun berikutnya,’’ papar Menko Perekonomian Darmin Nasution.

BACA JUGA: Jokowi Datang, Penumpang Di Bandara Padang Meningkat Hampir 100 Persen

Pemerintah pun mengincar sektor industri lain untuk membantu menggenjot pertumbuhan ekonomi.

Menurut Darmin, ada tiga sektor investasi yang bakal mampu mendorong perekonomian dengan cepat. Yakni, investasi di sektor perikanan, pariwisata, dan manufaktur. 

BACA JUGA: Harga Premium di Kota Ini Belum Normal

’’Jadi, sebenarnya buat Indonesia yang paling krusial adalah mengundang investor untuk berinvestasi ke tiga sektor itu,’’ ungkapnya.

Mantan gubernur Bank Indonesia (BI) tersebut menuturkan, di antara tiga sektor investasi itu, yang paling cepat berpengaruh terhadap pendapatan negara adalah pariwisata. Salah satu upaya pemerintah untuk menarik investor asing adalah merevisi daftar negatif investasi (DNI). 

Dalam revisi tersebut, beberapa sektor industri yang selama ini tertutup untuk asing dibuka sepenuhnya. Misalnya, industri perhotelan dan restoran.

’’Kita jelaskan dalam revisi DNI untuk hotel bintang dua dan tiga yang boleh untuk asing. Sebab, kalau hanya nasional (investor lokal) ya bisa, tapi tidak akan cukup. Untuk membangun kawasan pariwisata, dibutuhkan (hotel, Red) bukan hanya satu, tapi bisa tiga sampai sepuluh,’’ jelasnya.

Darmin mengungkapkan, investasi di sektor perikanan juga sudah memiliki pasar. Jadi, investasinya bisa langsung memberikan kontribusi bagi perekonomian dalam negeri. 

Meski mempunyai pengaruh yang cepat bagi pendapatan nasional, sektor industri manufaktur tengah lesu. Harga-harga komoditas dunia belum juga membaik seperti semula.

’’Untuk perikanan, pasarnya sudah ada. Beda dengan manufaktur, ada investasinya, tapi nggak ada pasarnya. Di lingkup nasional ada, tapi tidak terlalu besar. Kalau ekspor dalam kondisi sekarang (kurang bagus, Red), pasar dunia juga turun. Karena itu, presiden sudah meminta agar sektor-sektor itu segera dimasukkan mungkin pada minggu-minggu pertama (setelah Lebaran, Red),’’ terangnya.

Darmin pun menyatakan, sejak dulu ada beberapa insentif bagi investor asing. Namun, insentif itu memang tidak banyak. Dia mencontohkan, pemerintah bisa saja menurunkan pajak penghasilan perusahaan yang menggunakan dananya untuk membantu pendidikan dan pelatihan. 

’’Itu boleh ditawar (PPh). Tapi, kalau tax holiday hanya untuk industri pionir, bukan sesuatu yang sudah ada,’’ tandasnya. (ken/c14/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Share Keuangan Syariah Masih 5 Persen


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler