Georgia Rayakan HUT Kemerdekaan, Duta Besar Irakli Punya Harapan Besar

Kamis, 26 Mei 2022 – 21:58 WIB
Duta Besar Georgia untuk Indonesia Irakli Asashvili. Foto: Kedutaan Besar Georgia

jpnn.com, JAKARTA - Georgia bersukacita merayakan hari kemerdekaannya hari ini (26/5). Momen ini sangat bermakna sebagai penentu status kenegaraan Georgia.

Pada 1921, Uni Soviet menganeksasi Georgia selama 70 tahun. Pada 1991, barulah Georgia kembali merdeka dan memulai transformasi demokrasi dan ekonomi.

BACA JUGA: Peringati Hari Kemerdekaan, Georgia Soroti Kerja Sama dengan Indonesia

Negara yang terletak di pantai timur Laut Hitam dan di sisi selatan puncak utama Pegunungan Kaukasus Besar dikenal sebagai wilayah anggur tertua di dunia.

Negara ini juga dilintasi Jalur Sutra sebagai jalur perdagangan yang menghubungkan India dan Asia Tengah dengan Eropa.

BACA JUGA: Mengembangkan Pariwisata di Kepulauan Seribu, Anies Baswedan Bakal Meniru Maladewa

Reformasi yang efektif dalam kebijakan ekonomi dan pemerintahan telah membuat Georgia mendapatkan reputasi sebagai reformis regional dan global teratas.

Transformasi semacam itu membentuk lingkungan bisnis yang liberal, stabil, aman, dan bebas korupsi. Tujuan ambisius Georgia untuk menjadi salah satu lokasi investasi terbaik di peta dunia tecermin dengan baik dalam sejumlah peringkat internasional yang diakui dengan baik.

BACA JUGA: Pariwisata Pulih, Singapura Siap Menyambut Wisatawan Indonesia

Georgia menempati urutan ke-7 dalam laporan Doing Business 2020 oleh Bank Dunia.

Menurut Heritage Foundation, ekonomi Georgia adalah yang paling bebas ke-12 dalam Indeks Kebebasan Ekonomi 2021.

Berdasarkan Economic Freedom of the World 2021 oleh Institusi Frazer (Frazer Institute), posisi Georgia meningkat 3 langkah dan menempati peringkat ke-5 di antara 165 negara.

Berdasarkan "Corruption Perception Index 2020" oleh Transparansi Internasional (Transparency International), Georgia menempati peringkat ke-45 di antara 180 negara dengan skor 56.

Berdasarkan laporan Bank Dunia dan PWC, Georgia memiliki salah satu beban pajak terendah.

Menurut Fitch, Standard and Poor's and Moody's, Georgia memiliki rekam jejak kerja sama dan dukungan kuat dari Lembaga-Lembaga Keuangan Internasional.

Georgia menawarkan kemudahaan akses ke sebagian besar pasar utama Eropa, Asia Tengah, dan Timur Tengah.

Georgia memiliki rezim perdagangan bebas dengan Uni Eropa (DCFTA), Inggris, Turki, China (termasuk Hong Kong), Ukraina, Asosiasi Perdagangan Bebas (EFTA), dan negara-negara CIS yang membuka akses bebas tarif bea cukai dan impor ke pasar konsumen.

Pada saat yang sama, Georgia adalah pusat transit regional, menawarkan saluran distribusi yang signifikan melalui infrastruktur transportasi yang baru diperluas.

Pada 4 Desember 2020, untuk pertama kalinya, jalur kereta api Baku-Tbilisi-Kars diluncurkan dalam mode gerak balik, ketika kereta bermuatan meningggalkan Istanbul menuju Provinsi Zi’an, China melalui koridor tengah (waktu transportasi 12 hari).

Dengan latar belakang budaya yang kaya dan beragam, Georgia memiliki industri pariwisata yang sedang booming.

Georgia memiliki lebih banyak hal untuk ditawarkan daripada negara lain. Yakni, Pegunungan Kaukasus, garis pantai Laut Hitam, iklim dan perairan mineral yang kuratif, sejarah kuno, budaya dan tradisi yang beragam, serta masakan lezat.

Tidak kalah pentingnya, keramahan orang Georgia yang terkenal di dunia.

Sejak dimulainya wabah pandemi Covid-19 pada 2019, Georgia menerima rekor jumlah lebih dari 9 juta wisatawan.

Terlepas dari dampak negatif Covid-19 terhadap industri pariwisata negaranya, Georgia terus berinvestasi dalam infrastruktur pariwisata, termasuk diversifikasi produk-produk pariwisata.

Georgia menantikan dimulainya kembali pariwisata internasional di tengah pandemi.

Selain itu, Georgia sangat mementingkan peningkatan hubungan dengan kawasan Asia Tenggara yang saat ini merupakan salah satu tujuan utama kebijakan luar negeri Georgia.

Duta Besar Georgia Irakli Asashvili menyoroti hubungan Indonesia dengan Georgia sejak 1993.

"Pembentukan Kedutaan Besar Georgia di Jakarta pada tahun 2012 memainkan peran signifikan dalam meningkatkan hubungan ini," ungkapnya.

Sementara itu, misi Georgia ke Indonesia adalah perwakilan diplomatik pertama Georgia di kawasan ASEAN.

Kemitraan antara Indonesia dan Georgia menjadi lebih kuat dan semakin kuat di berbagai arah, termasuk urusan politik, kerja sama di sektor publik dan pemerintahan, budaya dan hubungan people-to-people.

"Saya sangat senang bahwa makin banyak wisatawan Indonesia dan pelancong bisnis tertarik untuk mengunjungi Georgia setiap tahun dan saya berharap tren ini terus berlanjut,'' kata Irakli. (mrk/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler