AKHIRNYA ketemu juga cara terbaik untuk mempercepat proses dimulainya pembangunan "geotermalIndonesia begitu kaya dengan geotermal yang bisa dipergunakan untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), tetapi begitu kecil yang sudah dimanfaatkan
BACA JUGA: Balas Dendam untuk Kalselteng
Luar biasa besarnya kendala untuk membangun PLTP itu.Yang lucu, kesulitan itu terjadi bukan pada cara mengerjakan proyek geotermalnya, melainkan pengurusannya
BACA JUGA: Tekan Pencurian Listrik dengan Sistem Tender
Sudah banyak seminar, rapat kerja, dan surat keputusan dibuat, tetapi belum juga menemukan cara yang terbaik
BACA JUGA: Dengan BBM, Bangun Jalan Tol
Kemudian, terbetik kabar dari Aceh"Cara Aceh" saya yakini menjadi yang terbaik sehingga apa salahnya diterapkan di seluruh IndonesiaPlease, bapak-bapak yang berwenang, putuskanlah!"Cara Aceh" segera dilaksanakan Pemda Aceh untuk membangun PLTP Seulawah, yang potensi listriknya hingga 200 MWTendernya berlangsung sekarang iniCara itu sebaiknya menjadi koreksi total atas proses pengadaan geotermal yang berlaku sekarang, yang ruwet itu
Kita tidak perlu malu belajar dari AcehTidak perlu sungkan meniru apa yang ditemukan dan dilakukan Pemda Aceh ituSaya tidak tahu siapa penemu ide tersebutYang jelas, Pemda Aceh berani mulai menerapkannyaKata "berani" itu harus ditekankan karena sering banyak ide baru yang baik, tapi belum tentu ada yang berani menerapkannya.
Inti dari cara baru model Aceh itu adalah tersedianya pihak yang menyiapkan dana khusus untuk melakukan pengeboran eksplorasi satu sumurDana itu sebesar USD 7,5 juta atau sekitar Rp 70 miliarDari pengeboran ini akan diketahui secara pasti apakah di wilayah itu ada-sumber panas bumi atau tidak
Maklum, belum tentu satu wilayah yang sudah ditetapkan sebagai wilayah panas bumi benar-benar bisa menghasilkan panas bumiPerlu pengeboran satu sumur dengan biaya Rp 70 miliar untuk memastikan itu.
Memang ketika pemerintah menetapkan di mana saja ada potensi panas bumi sudah terlebih dahulu melakukan kajian geologisTetapi, kajian itu bersifat teoretis berdasar hitungan-hitungan geologis yang adaTidak jarang wilayah yang sudah ditetapkan memiliki potensi panas bumi itu setelah dilakukan pengeboran eksplorasi ternyata bodong
Itulah sebabnya proyek geotermal mengandung risiko yang tinggi bagi investorAda unsur ketidakpastianAda risiko yang besarPara investor maunya mentransfer risiko itu ke PLN dalam wujud permintaan tarif listrik yang tinggiPLN yang tidak bisa menjual listrik ke masyarakat dengan harga tinggi tentu keberatan menerima transfer risiko ituAkibatnya, proyek geotermal tidak seperti lipstick yang muter-muter di Bibir Mer, tapi hanya muter-muter seperti susur (sekepal tembakau rajang) di bibir nenek tua
Problem "muter-muter" itu akan hilang dengan sendirinya kalau "cara Aceh" dilaksanakan di seluruh IndonesiaDengan model Aceh tersebut, investor tidak menanggung risiko yang besarBiaya pengeboran eksplorasi tersebut tidak menggunakan uang sendiri, melainkan menggunakan dana pihak lainPihak lain itulah yang menanggung risikoKalau gagal, uangnya hilangKalau berhasil, dia memperoleh sejumlah saham di usaha geotermal tersebut.
"Lembaga lain" dalam kasus Seulawah, Aceh, kebetulan adalah sebuah lembaga di JermanLembaga itulah yang menyediakan dana USD 7,5 juta tersebut dalam bentuk hibah ke Pemda AcehTidak boleh digunakan untuk kepentingan lain kecuali untuk melakukan drilling eksplorasi geotermal SeulawahKalau pengeboran itu gagal menemukan panas bumi, Pemda Aceh tidak menikmati apa-apa dari hibah tersebutTetapi, kalau ternyata berhasil, Pemda Aceh akan memiliki sejumlah saham di usaha geotermal tersebut.
Berdasar kesepakatan seperti itu, Pemda Aceh melakukan lelang geotermal SeulawahInvestor sangat antusias mengikuti lelang itu karena sudah tahu risikonya kecilMereka tahu siapa pun yang memenangi lelang tersebut bakal mendapatkan dana USD 7,5 juta untuk melakukan pengeboran eksplorasi plus kewajiban menggandeng Pemda Aceh sebagai pemegang sahamKalau eksplorasi itu berhasil, barulah investor yang memenangi tender melakukan pengeboran-pengeboran lanjutan untuk mendapatkan uap panas bumi untuk pembangkit listrik.
Model itu juga bisa membuat persaingan lebih baik, dalam arti pemerintah bisa mendapatkan sumber listrik lebih murahTiadanya risiko yang besar di investor membuat investor berani menawarkan harga lebih rendah pada saat lelang.
Yang lebih penting lagi, proyek geotermal tersebut akan bisa lebih cepat dikerjakanItu bakal sangat berbeda dengan lelang-lelang geotermal yang berlaku di seluruh Indonesia selama iniPemda selama ini melelang geotermal dengan data yang masih penuh dengan risikoAkibatnya, pemenang lelang tidak bisa segera mengerjakan proyeknyaMengapa?
Pertama, investor tidak akan berani mempertaruhkan dana Rp 70 miliar hanya untuk "berjudi" melakukan pengeboran eksplorasiSiapa orang yang mau membiayai pengeboran semahal itu tanpa ada kepastian hasilnya?
Kedua, pemenang lelang mengalami kesulitan untuk mencari dana pinjamanSangat sulit mengharapkan lembaga keuangan memberikan kredit kepada usaha yang tingkat ketidakpastiannya begitu tinggi.
Dua hal itulah yang sebenarnya menjadi inti dari persoalan mengapa proyek-proyek geotermal berjalan amat lambatKesan bahwa PLN ogah-ogahan membeli listrik dari geotermal memang ada benarnya, tapi juga sengaja dibesar-besarkan untuk menutupi kesulitan-kesulitan dalam memulai proyek itu.
Soal harga hanyalah satu di antara 32 masalah yang harus dinegosiasikanTetapi, kesan selama ini hanya harga yang menentukanPadahal, faktor harga hanyalah satu titik nilaBuktinya, banyak kasus PLN sudah menyetujui harga, tetapi tidak juga bisa segera dealGeotermal Sarulla di Sumut itu, misalnyaPLN sudah menyetujui harganya hampir setahun yang lalu
Hingga hari ini, perjanjian jual-beli listriknya belum bisa ditandatanganiMasih ada saja keinginan investor yang diajukan ke pemerintahMaka, bagi PLN, soal harga listrik geotermal telah menjadi noda yang menimpa citranyaHarga listrik geotermal bagi PLN ibarat "gara-gara nila setitik rusaklah susu se- Malinda".
Tentu tidak mungkin kita mengharapkan lembaga Jerman itu memberikan hibah ke semua pemda yang memiliki potensi geotermalBahwa Jerman mau memberikan hibah kepada Aceh, itu dilakukan karena unsur AcehnyaMungkin pintar-pintarnya gubernur Aceh mencari partner.
Lalu, siapa yang sebaiknya menjadi "Jermannya" untuk semua ladang geotermal se-Indonesia?
Tidak ada lain kecuali pemerintah Republik IndonesiaAlasannya jelas: pemerintah sudah menetapkan tujuan pembangunan yang mengutamakan green energyPemerintah juga sudah menargetkan harus memiliki listrik dari geotermal sebesar 4.000 MW pada 2014Kalau target itu terwujud, Indonesia memang akan berkibar ke seluruh duniaIndonesia-lah negara terbesar di dunia yang menggunakan geotermal!
Hingga hari ini, listrik geotermal Indonesia baru mencapai 1.050 MWBaru 25 persen dari targetSaya bisa memastikan tidak mungkin target 2014 tersebut dicapai tanpa ada terobosan yang radikalTerobosan itu kini sudah adaDimulai oleh AcehKita tinggal meng-copy sajaKalau tidak, proyek-proyek geotermal di Indonesia hanya akan menjadi Sarulla-Sarulla berikutnyaBahkan, lebih buruk daripada itu.
Untuk meniru "cara Aceh" itu memang perlu anggaran negaraTetapi, nilai rupiahnya tidak besar-besar amatKatakanlah tahun ini kita akan memprioritaskan 25 PLTPMaka, dana yang perlu disiapkan adalah USD 187,5 juta atau sekitar Rp 1,5 triliunSama dengan biaya membangun satu gedung baru di DPR
Dana tersebut mungkin bisa disediakan dalam dua tahun sehingga setahun perlu hanya sekitar Rp 750 miliarDana itu juga tidak akan hilangKatakanlah seperempatnya akan gagalMasih ada - yang berhasilDari yang berhasil itu, pemerintah bisa mendapatkan hak sahamnyaNilai saham itu bisa lebih tinggi daripada dana yang sudah dikeluarkan sehingga pemerintah juga bisa mendapatkan gain
Dengan demikian, potensi geotermal yang mencapai 29.000 MW yang baru bisa dimanfaatkan 1.050 MW itu akan menjadi kenyataanAngka 29.000 MW itu sendiri berlebihanYang realistis mungkin hanya 15.000 MW, tapi bahwa yang benar-benar menghasilkan listrik baru 1.050 MW adalah keterlaluan.
BegitulahMungkin dengan cara itu memang masih akan ada nila, tapi tidak akan sampai bisa merusak susu se-Malinda! (*)
Dahlan Iskan
CEO PLN
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembunuhan Berencana Bernilai Triliunan Rupiah Setahun
Redaktur : Tim Redaksi