Gerak Cepat, Kementerian Pertanian Mendongkrak Produksi Padi Nasional

Kamis, 01 Februari 2024 – 10:16 WIB
Ngobrol Asyik (Ngobras) volume 04 bertemakan Strategi Swasembada Padi Berkelanjutan. Foto: tangkapan layar/dokkementan

jpnn.com - JAKARTA - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman bergerak cepat mengakselerasi produksi pangan nasional.

Dia bersama jajarannya melakukan pembenahan besar-besaran, guna meningkatkan produksi pangan strategis, terutama padi dan jagung.

BACA JUGA: Mentan Amran Terus Pastikan Akselerasi Produksi Padi dan Jagung Berjalan Lancar

"Kami fokus dalam peningkatan program padi dan jagung, ini adalah upaya mencapai swasembada dan mengurangi impor," katanya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menyampaikan bahwa perubahan iklim global, dampak Covid-19, dan perang Rusia-Ukraina sempat menyebabkan kelangkaan pupuk.

BACA JUGA: Mekanisasi Pertanian Solusi Tingkatkan Produktivitas

Hal itu mengakibatkan penurunan produksi pangan dan meningkatkan nilai impor.

"Jadi, solusinya, harus mengenjot produksi padi dan jagung sendiri. Tidak tergantung pada orang lain,” katanya.

BACA JUGA: Produksi Padi dan Jagung di Banten Sangat Luar Biasa, Ini Buktinya

"Hingga Februari (tahun lalu) sebanyak 3,5 juta ton beras diimpor. Mulai tahun ini Harus dikurangi, bahkan tahun berikutnya. Harus swasembada, harus mengekspor. Kementan akan mengatasi permasalahan dalam negeri hingga 2025-2026. Indonesia harus swasembada, terutama untuk padi dan jagung," tutur Dedi.

Pada acara Ngobrol Asyik (Ngobras) volume 04 bertemakan “Strategi Swasembada Padi Berkelanjutan”, Selasa (30/1), hadir narasumber dari Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi (BBPSI Padi) Zahara Mardiah.

Zahara menjelaskan bahwa diperkirakan pada 2050 akan terjadi ledakan populasi mencapai 9 miliar lebih manusia, dan solusinya harus memproduksi pangan 60% lebih banyak lagi atau pertanian berkelanjutan.

"Pertanian berkelanjutan dapat dilakukan secara terus menerus hingga generasi selanjutnya dan selanjutnya," katanya.

"Untuk total produksi padi di Indonesia saat ini sebesar 53,6 juta ton/Ha, sebelumnya pada 2022 mencapai 54,7 juta ton/Ha, sedangkan konsumsi beras per kapita sebesar 1,55 kg/minggu," imbuhnya.

Zahara mengungkapkan tantangan dalam mewujudkan swasembada padi berkelanjutan di antaranya:

  • Perubahan iklim
  • Alih fungsi lahan
  • Belum menerapkan praktik pertanian yang baik atau Good Agriculture Practices (GAP)
  • Pengelolaan pascapanen yang tidak tepat
  • Susut hasil selama proses pascapanen padi.

"Dengan strategi meminimalisasi susut hasil pascapanen, maka dapat mendukung swasembada padi berkelanjutan," ujar Zahara.

Praktik pascapanen yang baik dapat mempersiapkan fondasi yang solid untuk hasil panen yang sukses, sementara praktek pascapanen yang efisien dan efektif menjamin kualitas dan kuantitas panen yang optimal.

"Kedua tahapan ini saling melengkapi dan mendukung satu sama lain dalam menciptakan siklus pertanian yang berkelanjutan. Kedua aspek tersebut tidak hanya meningkatkan hasil akhir, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi petani," tutur Zahara.

Praktik pascapanen yang tidak tepat berpotensi mengakibatkan susut hasil hingga 20% dan susut hasil selama proses pascapanen padi berpotensi pada kerugian nasional hingga mencapai 25 triliun rupiah.

"Selain itu, praktik pascapanen padi yang tepat sangat penting diketahui untuk menciptakan swasembada padi berkelanjutan," kata Zahara. (*/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
pertanian   padi   Jagung   Swasembada  

Terpopuler