Gerakan Muda Bersatu Nasional Minta Seluruh Elemen Mendukung Erick Thohir

Kamis, 24 September 2020 – 23:34 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Gerakan Muda Bersatu Nasional meminta seluruh elemen bangsa bekerja bersama mendukung pemerintah di tengah situasi ekonomi dan politik nasional yang terus naik turun akibat dampak dari pandemi Covid-19.

Pendiri Gerakan Muda Bersatu Nasional, Effendi Syahputra mengatakan, di saat pandemi ini semestinya seluruh elemen bangsa saling mendukung, bukan saling menghujat.

BACA JUGA: Erick Thohir Harus Menangkis Serangan Ahok

Apalagi, kata Effendi, belakangan tersiar kabar sebuah gerakan yang menebar kebencian kepada Menteri BUMN Erick Thohir dengan semboyan #ErickOut.

“Sebagai generasi muda, saya sedih jika kelompok-kelompok yang membuat gaduh ini hanya sebatas bermotif politis. Entah motifnya jabatan atau proyek. Tetapi yang pasti kurang elok bagi kita untuk terus menghujat apalagi melakukan fitnah yang tidak-tidak kepada Menteri Erick. Menteri Erick sedang bekerja keras dalam hal meredakan pandemi, dengan segala macam usaha. Justru saya mengajak kita mendidik rakyat dengan akal sehat, dengan data dan fakta yang benar,” kata Effendi lewat keterangannya, Kamis (24/9).

BACA JUGA: Ipang: Erick Thohir pun Enggak Berani sama Ahok

Effendi melihat bahwa kelompok-kelompok yang selalu membuat gaduh adalah organisasi tanpa bentuk, yang digunakan hanya untuk membelah sentimen kepada pemerintah.

Effendi mengatakan, apabila BUMN seperti Pertamina mengalami kerugian adalah satu hal yang sangat logis di tengah pandemi.

"Salah satu pemasukan terbesar Pertamina adalah konsumsi bahan bakar transportasi pribadi. Dalam situasi daya beli untuk konsumsi otomatis turun drastis, karena di banyak kota-kota besar di Indonesia memberlakukan PSBB," kata dia.

Mobilitas masyarakat hampir berkurang 40 persen dari biasanya, bahkan anjuran dari WHO jika sebuah kota sudah banyak klaster baru mobilitas masyarakatnya harus berkurang hingga 70 persen.

“Hal-hal itu juga yang menjelaskan BUMN sektor transportasi menurun drastis seperti Garuda dan PT KAI. Garuda selama ini melayani rute bisnis dan pariwisata, semenjak terjadi pandemi Covid-19 semua tempat wisata ditutup akibatnya wisatawan internasional dan domestik menurun drastis," katanya.

Terlihat jelas seperti Bali misalnya, yang biasa ramai dikunjungi wisatawan local dan internasional belakangan menurun.

"Serupa dengan PT KAI. Selama ini keuntungan PT KAI ditopang oleh jalur Jakarta-Bandung dengan nama KA Argo Parahyangan terpaksa tutup karena kedua kota tersebut memberlakukan PSBB sejak awal pandemi Covid-19,” kata Effendi.

Dirinya juga menekankan bahwa jika cara melihat dengan akal yang sehat, perusahaan BUMN Rusia Rosneft di sektor minyak dan gas juga mengalami kerugian.

"Aset di Venezuela dijual, cabang di Saudi Arabi pindah, dan mulai mengalihkan investasinya ke bidang lain. Hampir semua BUMN dunia yang bergerak di bidang transportasi mengalami penurunan yang drastis. Jadi, cara membandingkannya pun harus tepat dan akurat," katanya.

Sementara rumor terkait dengan PHK, bahwa hal yang sebenarnya tidak seperti yang dituduhkan kelompok kegaduhan kepada Menteri Erick.

Pengurangan beban pekerja dalam lingkungan BUMN adalah satu konsekuensi logis di tengah pandemi. Itu adalah bagian dari penyesuaian situasi ekonomi global yang juga melemah.

"BUMN melakukan holdingisasi perusahaan dalam rangka efisiensi beban belanja pegawai dan meningkatkan fungsi kontrol di masing-masing entitas BUMN," katanya.

“Penyesuaian kepegawaian itu, secara komposisi lebih banyak aspek tidak melanjutkan kontrak kerja antara pihak BUMN dengan pekerja kontrak (Non-PHK). Jikapun ada perusahaan BUMN yang tidak penuh membayar hak gaji pegawainya, itu adalah BUMN yang mewarisi masalah sejak masa lalu. Dan holdingisasi adalah salah satu cara memperbaiki itu semua,” tutup Effendi yang juga merupakan pengacara publik. (rhs/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler