Gerakan Non Blok Harus Dihidupkan untuk Mewujudkan Struktur Dunia yang Adil

Rabu, 09 November 2022 – 16:11 WIB
Para akademisi dari berbagai negara mengikuti tapak tilas pelaksanaan Konferensi Asia Afrika di Hotel Savoy Homann, Bandung, Selasa (8/11). Foto: Fathan

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah akademisi dari berbagai negara sedang mengikuti program Bandung-Belgrade-Havana.

Pada acara itu, Indonesia ingin mengajak dunia kembali melihat semangat pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Gerakan Non-Blok (GNB) mengenai pentingnya membangun tata dunia baru yang lebih adil.

BACA JUGA: Basarah Sebut Bung Karno Tunjukkan Kelasnya Sebagai Pahlawan Sejati Meski Dipenjara di Banceuy

Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan hal itulah yang menjadi inti semangat acara Bandung-Belgrade-Havana yang mengundang akademisi dari berbagai negara untuk tapak tilas digelar dari Jakarta hingga Bali.

Tapak tilas itu menyangkut pelaksanaan KAA 1955 yang menghasilkan Dasa Sila Bandung. Menurut Hasto, pihaknya menggunakan momentum KAA pada 1955 yang kemudian menjadi roh gerakan Non-Blok pada 1961.

BACA JUGA: Megawati Ingin Dokumen KAA dan GNB Jadi Warisan Dunia

“Dan Gerakan Non-Blok ini juga satu napas dengan apa yang disampaikan dalam pidato Bung Karno yang berjudul To Build the World Anew pada 30 September 1960,” kata Hasto saat dihubungi, Rabu (9/11).

Menurut Hasto, Gerakan Non-Blok itulah yang menjawab bahwa struktur dunia yang tidak adil dipengaruhi oleh perang dingin antara Barat dan Timur.

BACA JUGA: Jaga Perdamaian Dunia, Gerakan Non-Blok ala Bung Karno Harus Terus Digelorakan

"Yang keduanya mengandung benih-benih kolonialisme sebagai suatu hal yang ditentang oleh Indonesia,” tegas Hasto.

Indonesia menentang benih kolonialisme itu karena dalam UUD 1945 mengamanatkan bahwa sesungguhnya kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan karena itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Menurut Hasto, apa yang dilakukan Bung Karno lewat pidato To Build the World Anew, KAA, dan GNB akhirnya menjadikan dunia berubah, yakni dari bipolar menjadi multipolar.

Lewat kegiatan Bandung-Belgrade-Havana itu, lanjut Hasto, para akademisi diundang untuk mencoba merasakan kembali api semangat dimaksud.

Para peserta akan dianak juga berziarah ke makam Bung Karno di Blitar, yang kemudian akan lanjut melakukan sidang di Surabaya.

“Karena Bung Karno lahir di Surabaya. Dan setelah itu baru bergerak ke Bali mengikuti puncak momentum G20,” pungkas Hasto.

Acara tersebut digagas oleh Prof. Darwis Khudori. Pembukaan kegiatan dilakukan di Jakarta pada tiga hari lalu dan kini peserta sudah berada di Bandung.

Kegiatan di Bandung ini bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad).

Para peneliti yang diajak dalam program ini antara lain Annamaria Artner (Hungaria), Connie Rahakundini Bakrie (Indonesia), Isaac Bazie (Burkina Faso), Beatriz Bissio (Brasil), Marzia Casolari (Italia), Gracjan Cimek (Poland), Bruno Drweski (Polandia), Seema Mehra Parihar (India), Jean-Jacques Ngor Sene (Senegal), Istvan Tarrosy (Hungaria), Rityusha Mani Tiwary (India), Nisar Ul Haq (India). (tan/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menlu Retno Ingatkan Hutang Gerakan Non-Blok kepada Palestina


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler