Megawati Ingin Dokumen KAA dan GNB Jadi Warisan Dunia

Selasa, 26 Mei 2015 – 23:12 WIB
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menerima foto masa kecilnya oleh Kepala Arsip Nasional RI Mustari Irawan dengan disaksikan oleh Kepala Arsip Nasional Serbia , Miladin Milosevic di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta, Selasa (26/5). Foto: Miftahul/Jawa Pos/JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri benar-benar punya minat besar pada hal-hal yang yang berbau Konferensi Asia Afrika (KAA) maupun Gerakan Non Blok (GNB) yang dipelopori ayahnya, Bung Karno. Bagi Megawati, berbagai catatan tentang KAA dan GNB bisa menjadi hal penting bagi dunia.

Hal itu pula yang ditunjukkan Megawati saat menyampaikan pidato kebudayaan di gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), di Jakarta, Selasa (26/5). Menurutnya, KAA merupakan peristiwa politik penting yang merubah peradaban dunia.  “Spirit Dasa Sila Bandung bergerak menjadi basis kekuatan moral dan tenaga pembebas bagi bangsa-bangsa untuk merdeka,” katanya.

BACA JUGA: Kapolri Pastikan Tak Ada Beras Plastik

Saat KAA digelar pada 1955,  lanjutnya, hanya sekitar 30 negara di luar Eropa dan Amerika yang merdeka. Namun, pasca-penyelenggaraan KAA hingga tahun 1970-an, sudah lebih dari 120 negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin yang meraih kemerdekaan. “Kecuali Palestina yang masih berjuang untuk meraih kemerdekaannya,” ujarnya.

Megawati juga menuturkan pengetahuannya seputar GNB. Maklum, Megawati sebagai putri Presiden Soekarno saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) GNB di Belgrade, Yugoslavia pada 1961, juga tercatat sebagai anggota delegasi RI. Kala itu dia masih berusia 14 tahun.

BACA JUGA: WALHI Curiga Perusahaan Properti Bermain di Balik Reklamasi

Para kepala negara saat peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 di Bandung. Foto: Sekretariat Kabinet

BACA JUGA: Ruki Tuding Hakim Praperadilan Hadi Purnomo Sudah Kebablasan

Megawati mengaku masih ingat betul ketika ayahnya berdiskusi dengan pemimpin-pemimpin GNB. Misalnya,  Josip Broz Tito dari Yugoslavia, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, atau Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru.

"Kenangan yang indah dan melekat begitu kuat, khususnya ketika saya mendampingi ayah saya Presiden Republik Indonesia Soekarno. Pada saat Beliau (Bung Karno, red) berbicara, berdiskusi dengan pemimpin-pemimpin penting di dunia pada saat itu," ujarnya.

Karenanya Megawati berharap dokumen-dokumen KAA dan GNB yang kini dihimpun ANRI bisa menjadi warisan yang diakui dunia. Di hadapan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Kepala ANRI Mustari Irawan serta sejumlah anggota DPR RI dan para kepala Badan Arsip Nasional beberapa negara, Megawati menegaskan bahwa warisan itu akan membawa pencerahan bagi banyak bangsa.

"Atas dasar hal itulah, saya memberikan dukungan sepenuhnya terhadap upaya menjadikan seluruh dokumen kedua peristiwa tersebut untuk diterima sebagai program UNESCO, yaitu Memory of The World. Upaya ini sangatlah penting. Sebab, menyelamatkan arsip dan dokumen KAA dan GNB merupakan sebuah proses pencerahan," harapnya.

Dalam kesempatan itu, ANRI juga menunjuk dua politikus PDIP, yakni M Prananda Prabowo dan Rieke Diah Pitaloka sebagai Duta Arsip. Menurut Kepala ANRI, Mustari Irawan, tugas Duta Arsip adalah menyosialisasikan kearsiapan yang meliputi pengelolaan, penyelamatan, perlindungan, penggunaan arsip, dan penyediaan sumber daya dukung. "Serta turut dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan," katanya.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tuding Banyak PNS Gunakan Ijazah Palsu


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler