jpnn.com, JAKARTA - Gerakan Kebangsaan (Gerbang) menyerukan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 berjalan aman, tanpa intimidasi, penganiayaan, dan damai.
Sebab, hal tersebut akan menjadi salah satu ukuran kesuksesan berdemokrasi.
BACA JUGA: Bicara Kecurangan dan Kekerasan di Pemilu 2024, Guru Besar Ini Sebut Ada yang Agak Bahaya
Sayangnya, fakta di lapangan menunjukkan jika kekerasan justru marak terjadi.
Intimidasi dan tekanan tetap menjadi bumbu pahit yang masih saja menghantui.
BACA JUGA: Projo Ganjar Sesalkan Tindakan Kekerasan terhadap Sukarelawan Ganjar-Mahfud
Bahkan korbannya tidak hanya kader partai atau calon legislatif, tetapi juga masyarakat umum.
Tak heran bila masyarakat khawatir pemilu yang aman dan damai itu tak tercapai.
BACA JUGA: Siti Atikoh Berurai Air Mata Lihat Pendukung Ganjar Korban Kekerasan Tentara
Misalnya saja, didasari kasus penganiayaan berat korban yang menimpa sukarelawan Ganjar-Mahfud di Sleman dan Boyolali.
Gerbang pun gelar aksi kemanusiaan bertajuk 'Hentikan Kekerasan, Utamakan Kemanusiaan' di Rumah Aspirasi Ganjar-Mahfud Presiden 2024/Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Pilpres (TKRPP) Jalan Diponegoro 72, Menteng, Jumat (5/1) malam.
Dalam momen tersebut, semua peserta menyalakan lilin dan menggunakan pita hitam di lengan sebagai perasaan berkabung.
Gerbang ini terdiri dari gabungan beberapa organ sukarelawan Ganjar-Mahfud untuk Presiden 2024, di antaranya Barabaja, Beta Ganjar, Republik Ganjar dan lainnya yang banyak diisi oleh para aktivis 98.
"Kami tergerak karena banyaknya kekerasan menjelang Pemilu 2024. Kejadian di Sleman dan Boyolali merupakan sebuah pelanggaran hak asasi manusia, dan kami akan berjuang hingga nanti ke Komnas HAM untuk mengusut tuntas unsur pidananya," kata Marlin Bato selaku Presedium Gerbang.
Menurut Marlin, kejadian ini sangat perlu disuarakan.
Sebab, jika didiamkan, kasus yang sama soal pelanggaran HAM dan kemanusiaan akan terulang kembali.
"Demokrasi bukan untuk membunuh, demokrasi bukan untuk penganiayaan. Kami akan melawan kekerasan apapun tujuannya. Kami berdiri dan melawan intimidasi. Sekali lagi, jangan ada kekerasan dalam pemilu, karena semua anak-anak bangsa," tegasnya.
Dia meminta kepada pihak terkait harus benar-benar profesional mengungkap kasus ini secara transparan, karena ini murni pidana dan ada HAM di kasus ini.
"Kami tidak ingin pelanggar HAM untuk memimpin bangsa Indonesia," tegasnya kembali.
Sementara itu, Koordinator Lapangan Gerbang, Andre Dande menambahkan aksi ini merupakan rangkaian kedua setelah turun di jalan dengan 'Mosi Tuntutan Rakyat pada Penguasa', karena sebuah pembiaran terhadap iklim demokrasi Indonesia yang semakin lama kemunduran.
"Sampai saat ini intimidasi dan kekerasan, seperti warisan pelanggaran HAM yang tidak bisa dibiarkan. Ini efek di lapangan yang terjadi itu ada, bahkan isunya kemungkinan akan lebih kencang ketika pencoblosan memasuki H-10," kata Andre Dande.
Lebih lanjut Andre menyampaikan ada kekhawatiran akan terulang kembali peristiwa kelabu yang terjadi pada 1998 lalu.
"Kami akan antisipasi, ini sebuah shock therapy terlepas dari siapa pun yang mendukung," ujar Andre.
Dia menegaskan dalam kontestasi politik, demokrasi tidak boleh di atas penderitaan orang, merampas hak rakyat, apalagi bicara warisan HAM yang hingga saat ini belum tuntas.
"Ini fakta yang harus kita hadapi. Tidak hanya di kalangan aktivis maupun sukarelawan. Inilah fakta yang terjadi kita kecam keras dan harus dilawan, karena muruah dari demokrasi itu sendiri yang paling utama di luar kita mendukung siapa pun capres kita," pungkas Andre.
Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Wakil Ketua Rumah Aspirasi/TKRPP sekaligus Waketum TPN Ganjar-Mahfud Eko Sulistyo, dan Kepala Divisi Program Rumah Aspirasi Erwin Usman.
Eko mengucapkan berduka cita kepada keluarga korban dan meminta para sukarelawan menjaga semangat perjuangan memenangkan Ganjar-Mahfud sebagai presiden dan wakil presiden di Pilpres 2024.
"Pantang surut dengan tindakan yang ada. Saya yakin, para sukarelawan di mana pun justru lebih bersemangat dalam berjuangan," kata Eko Sulistyo.
Erwin Usman menambahkan peristiwa serupa tidak terulang lagi dalam rangkaian proses Pemilu 2024.
Pasalnya, dikatakan Erwin, jika kekerasan dan penganiayaan dibiarkan, publik tidak akan percaya netralitas penegak hukum pada Pemilu 2024.
Dia juga mendorong sukarelawan dari berbagai lapisan untuk menjaga komitmen supaya terus bergerak mengajak sebanyak mungkin orang bergabung memenangkan Ganjar-Mahfud.
Kemenangan yang diinginkan seluruh warga Indonesia hanya bisa diraih apabila dukungan yang diberikan berdasarkan keikhlasan dan gotong-royong.
"Jangan pernah berhenti bergerak, maka teruslah bergulir, rangkul semuanya, kita menangkan Ganjar-Mahfud," kata Erwin.
Erwin juga menyampaikan terima kasih atas solidaritas, perjuangan dan atensi para rekan untuk Ganjar-Mahfud dan sesama sukarelawan.
"Kami terima bantuan uang tunai ini dan segera disalurkan kepada keluarga almarhum (Muhandi Mawanto)," kata Erwin dengan mata berkaca-kaca setelah menerima donasi yang diinisiasi Gerbang.
Sebagai informasi, Mawanto meninggal dunia setelah dianiaya sejumlah oknum pendukung capres-cawapres lainnya di Simpang Tiga Maguwoharjo pada Minggu (24 /12/2023) lalu.
Bentrokan terjadi saat rombongan konvoi capres-cawapres memasuki gang pemukiman warga di Dusun Kembang, Maguwoharjo, Sleman, DIY.
Sejumlah oknum pendukung capres-cawapres tersebut diduga merusak beberapa atribut partai yang ada di dalam kampung hingga terjadi keributan.
Dua pemuda di kampung tersebut terluka akibat dikeroyok massa.
Satu korban luka-luka di beberapa tubuh dan mendapat jahitan di bagian kepala.
Sementara itu, satu korban meninggal dunia setelah koma dalam perawatan di rumah sakit selama empat hari.
Korban bernama Muhandi Mawanto meninggalkan seorang istri dan satu anak.(mar1/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi