jpnn.com, JAKARTA - Peneliti di Observatorium Bosscha Yatny Yulianty mengungkap keistimewaan gerhana bulan total atau super blood moon yang akan berlangsung pada Rabu (26/5) hari ini.
Fenomena itu terjadi karena matahari, bumi, dan bulan akan berada pada posisi sejajar. Hal tersebut disebabkan bulan bergerak mengelilingi bumi sesuai orbit (garis edar).
BACA JUGA: Imbauan Muhammadiyah dan Tata Cara Salat Gerhana Bulan
"Peristiwa gerhana bulan itu sebetulnya bersiklus, berulang, karena ketiga benda tadi akan bergerak dalam satu keharmonisan," kata kata Yatny Yulianty, dalam siaran pers Biro Humas ITB.
Oleh karena itu, kata Yatny, fenomena alam tersebut sekarang sudah bisa diprediksi dengan baik kapan akan terjadi lagi dan di mana bisa melihatnya.
BACA JUGA: Lokasi Rapid Test Drive Thru Digerebek Polisi, 3 Orang Diamankan
"Itu sudah sangat bisa diprediksi secara astronomi,” ucap Yatny.
Dia menjelaskan gerhana bulan tahun ini akan terjadi dua kali, yakni gerhana bulan total (GBT) pada 26 Mei 2021 dan gerhana bulan sebagian (GBS) pada 19 November 2021.
BACA JUGA: Masyarakat Diimbau Waspada dan Siaga Saat Terjadi Gerhana Bulan
Yatny mengatakan fenomena gerhana bulan sendiri ada tiga jenis, yaitu gerhana bulan total, sebagian, dan penumbra.
Sementara itu, astronom Bosscha Agus Triono menyebut gerhana bulan total terjadi ketika hanya sebagian saja bayangan bumi yang menutupi bulan.
Sementara gerhana bulan penumbra sulit dilihat secara kasat mata lantaran tidak terlalu berbeda dengan bulan purnama.
Menurut Agus, terjadinya gerhana bulan tergantung pada konfigurasi bagaimana posisi bulan relatif terhadap bumi dan matahari atau posisi bumi relatif terhadap bulan dan matahari.
"Disebut total kalau misalnya bayangan bumi secara total menutupi bulan kalau kita lihat dari arah kita, dari sudut pandang kita," ujar Agus.
Nah, keistimewaan gerhana bulan total yang akan terjadi hari ini antara lain bulan berada dalam posisi terdekat dengan bumi.
Sebab, bentuk orbit bulan terhadap bumi adalah elips, bukan lingkaran sempurna.
Hal ini menyebabkan penampakan bulan pada 26 Mei 2021 akan sedikit lebih besar daripada biasanya. Kemudian, warnanya bakal tampak lebih terang sebelum terjadi gerhana bulan total.
Oleh karena itu, saat bulan memasuki fase gerhana total, masyarakat dapat melihat perbedaan secara jelas sebelum dan saat terjadi GBT yang akan berwarna kemerahan. Itu sebabnya gerhana bulan kali ini disebut sebagai Super Blood Moon.
Bulan mulai memasuki fase gerhana (bulan memasuki bayangan umbra bumi) pada pukul 16.44 WIB.
Pada saat itu bulan belum terlihat di wilayah Indonesia bagian barat karena masih di bawah ufuk, tetapi bulan sudah terbit di wilayah Indonesia bagian Timur.
Fase gerhana bulan total terjadi pada pukul 18.11 WIB dan berlangsung selama 18 menit sehingga pada pukul 18.11-18.29 WIB bulan akan terlihat kemerahan.
Gerhana bulan benar-benar berakhir pada pukul 20.49 WIB. (antara/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam