jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Ahmad Muzani menilai kali ini merupakan Pemilihan Presiden (Pilpres) terberat bagi Prabowo Subianto.
Muzani menjelaskan, Prabowo sudah merasakan tiga kali pipres. Pertama, pada 2009 Prabowo maju menjadi calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Megawati Soekarnoputri. Kala itu, Mega-Prabowo menghadapi petahana Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
BACA JUGA: Hasto Persoalkan Larangan Kampanye Pilpres di Pesantren
Pada 2014, Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa menghadapi Joko Widodo-Jusuf Kalla. Keduanya bukan petahana. Sekarang atau 2019, Prabowo kembali maju menjadi penantang Jokowi yang berstatus sebagai petahana.
“Dari tiga kali majunya Pak Prabowo sebagai presiden, yang kebetulan saya tetap jadi sekjen partai yang mengusung beliau, kami merasakan terus terang ini adalah bobot terberat beliau menjadi calon presiden,” kata Muzani di gedung DPR Senayan, Jakarta, Rabu (10/10).
BACA JUGA: Gerindra: Sri Mulyani Sudah Menyerah Selamatkan Rupiah
Menurut Muzani, pihaknya merasakan bahwa pada 2009 dulu tidak ada pengerahan bupati, gubernur, wali kota, semasif seperti sekarang ini.
Dia mengatakan, sekarang ini gubernur, bupati, wali kota, seperti dikerahkan untuk memberikan deklarasi dukungan kepada Jokowi-Ma’ruf Amin.
BACA JUGA: Capres Dilarang ke Kampus, Kecuali Presiden Jokowi
Bahkan, lanjut Muzani, bupati yang diusung mereka pun tidak memiliki keberanian menyatakan dukungan kepada Prabowo-Sandiaga Uno.
“Meskipun kami juga menyatakan bahwa bapak ibu (kepala daerah) kewajibannya adalah memberikan pelayanan kepada rakyat di kabupaten, kota, provinsi yang sedang dipimpin. Biarlah kewajiban untuk memenangkan Prabowo-Sandi menjadi kewajiban partai pengusung dan tim pemenangan yang sudah kami bentuk,” katanya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PPP DIY Pilih Dukung Prabowo-Sandi, Sepertinya Ini Sebabnya
Redaktur & Reporter : Boy