jpnn.com, JAKARTA - Perbincangan soal duet Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto untuk Pilpres 2024 masih berlanjut gegara swafoto bersama Presiden Joko Widodo baru-baru ini.
Terbaru, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo dalam sebuah pernyataannya di media massa mempersilakan Ganjar Pranowo duet dengan Prabowo Subianto di Pilpres 2024 tetapi sebagai cawapres.
BACA JUGA: Pesta Rakyat Ganjar Pranowo Hibur Ribuan Masyarakat Palembang
Menurut Hashim, Prabowo lebih cocok menjadi capres karena usianya dan pengalamannya jauh lebih senior dibanding Ganjar Pranowo.
Menanggapi hal itu, pengamat politik Adi Prayitno mengatakan sejak awal Gerindra memang sudah memasang harga mati untuk pencapresan Prabowo Subianto.
BACA JUGA: Prabowo-Ganjar Makin Mesra, Cak Imin Singgung soal Komitmen
Namun, bila pertimbangannya karena senioritas, menurutnya tidak cukup untuk kuat untuk dijadikan alasan.
Adi mengatakan senioritas bukan lagi menjadi penghalang saat ini untuk menjadi capres cawapres. Dia mencontohkan soal Presiden Joko Widodo yang sudah dua kali mendapatkan cawapres yang lebih senior dan berpengalaman darinya.
BACA JUGA: Konon Jokowi Beri Sinyal Dukungan ke Prabowo dan Ganjar, Paloh Bereaksi Begini
"Jokowi juga memiliki cawapres yang lebih senior. Pak JK dan Ma'ruf Amin. Namun, elektabilitas dan dukungan partai untuk Jokowi lebih unggul saat itu. Jokowi didukung PDIP partai yang menang dan secara personal elektabilitasnya lebih tinggi dari JK dan Kiai Ma'ruf," ujar Adi saat dihubungi pada Minggu (12/03).
Dia mengingatkan bahwa saat ini kondisi Ganjar pun serupa dengan Jokowi kala pilpres lalu.
Ganjar memiliki elektabilitas lebih tinggi dari Prabowo Subianto di beberapa survei. Posisi Prabowo disebutnya sebagai runner up untuk tingkat elektabilitas.
Oleh karena itu, partai pendukung tentu akan melihat elektoral tertinggi personal untuk dijadikan capres.
"Bila PDIP nanti umumkan capresnya Ganjar Pranowo, maka jelas PDIP secara elektabilitas juga lebih tinggi dari Gerindra sehingga tidak mungkin Ganjar dijadikan cawapres. Tidak begitu kalkulasi politiknya," imbuhnya.
Kini, kata Adi, tinggal menunggu peta politik selanjutnya dari partai-partai termasuk PDIP menjelang pilpres.
PDIP sebagai partai dengan elektabilitas tertinggi, menurutnya, masih menghitung berbagai pertimbangan politik untuk langkah ke depan. (cuy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi