Gerindra Sudah Salip Golkar, Imbas Kasus Setnov?

Minggu, 26 November 2017 – 19:19 WIB
Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Poltracking Indonesia merilis hasil surveinya tentang elektabilitas partai politik yang akan bertarung di Pemilu 2019. Dari hasil survei yang digelar pada 8-15 November 2017 itu, PDIP masih berada di posisi teratas dengan elektabilitas tertinggi.

Direktur Poltracking Indonesia Hanta Yuda mengatakan, elektabilitas PDIP berdasar survei terhadap 2.400 responden mencapai 23,4 persen. Namun, yang menarik adalah posisi Partai Gerindra yang menggeser Golkar.

BACA JUGA: Mekeng Dorong Golkar Gelar Munaslub Pertengahan Desember

Elektabilitas Gerindra telah menyalip Golkar yang menjadi runner up peraih suara terbanyak Pemilu Legislatif 2014. Saat ini, partai pimpinan Prabowo Subianto itu memiliki elektabilitas 13,6 persen, sedangkan Golkar anjlok ke angka 10,9 persen.

Di posisi keempat ada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dengan elektabilitas 5,1 persen, partai pimpinan Muhaimin Iskandar itu mampu menggeser posisi Partai Demokrat (PD) yang memiliki tingkat keterpilihan 4,2 persen.

BACA JUGA: Budi Gunawan Unggul! Empat Tokoh Politik Kalah Bersaing

Di bawah PD ada Partai NasDem dengan elektabilitas 3,0 persen, diikuti Partai Keadilan Sejahtera (2,6 persen), PAN (2,1 persen), PPP (2,1 persen), Perindo (1,3 persen), Hanura (0,7 persen), PSI (0,7 persen) dan PBB (0,2 persen).

Naiknya posisi Gerindra menggeser Golkar pun memunculkan spekulasi bahwa partai pimpinan Prabowo Subianto itu memperoleh keuntungan elektoral dari kasus Setya Novanto. Sebab, ketua umum Golkar itu kini menjadi tahanan KPK terkait kasus korupsi e-KTP.

BACA JUGA: Kepuasan Publik Atas Kinerja Jokowi-JK Capai Angka 68 Persen

Namun, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani menepis spekulasi itu. Muzani beralasan survei Poltrackin dilakukan saat Novanto belum menjadi tahanan KPK.

“Tidak relevan jika dikaitkan masalah yang menimpa Golkar kemudian menjadi kepercayaan yang kemudian berlimpah (suara) ke Gerindra,” kata Muzani di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (26/11).

Dia menambahkan, Gerindra tidak terbiasa memanfaatkan musibah partai orang lain untuk kepentingan pribadi. Sebab, kenaikan tingkat kepercayaan publik terhadap Gerindra lantaran konsep yang ditawarkan partai berlambang kepala garuda itu memikat rakyat.

Gerindra menawarkan jalan keluar bagi persoalan dalam pengelolaan keuangan aset negara. Selain itu, Prabowo juga menjadi faktor penting bagi basis dukungan Gerindra.

Muzani menegaskan, suara-suara dari bawah masih menginginkan Prabowo untuk maju menjadi calon presiden pada Pemilu 2019. “Itu kehendak seluruh kader Gerindra tanpa beda pendapat sedikit pun. Kami semua mohon doa dan sangat berharap Pak Prabowo menjadi calon di Pilpres 2019,” tutur dia.

Mantan wartawan itu juga mengatakan, Prabowo dalam setiap pidatonya selalu menyinggung soal posisi presiden. Sebab, presiden bisa menentukan arah perjalanan bangsa.

“Dengan jabatan presiden bisa jadi alat untuk memperbaiki kondisi negara, bisa jadi cara untuk kapitalisasi masa depan bangsa. Maka beliau meminta semua kader bergerak untuk memenangkan proses ini di tahun 2019,” tegas dia.(mg1/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gerindra Belum Putuskan Dukungannya di Pilkada Kerinci


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler